Sabtu, Agustus 29, 2009

Sahabat kecilku dan aku

sebuah cerita, cerita indah dan bermakna.....



Bogor, 15 Januari...
Matahari jatuh di langit timur Bogor. Tak ada yang mampu menahan bola raksasa itu. Saban hari ia menepati janjinya. Menerangi kota kecil dengan riangnya. Cahayanya yang bersinar mengintip nakal di balik kaca kostan mungilku. Kondisi udara di Bogor memang panas. Dulu yang dikenal dingin, sekarang pindah haluan. Rasa gerah yang saban hari menjadi sohib karib dengan aktivitas masyarakat.
Geliat pagi kembali terasa, setelah semalam meninakbobokan jiwa dengan hembusan angin malam yang kelam.
Oia....
Nama Aku Salman. Lebih lengkapnya Salman Al-Farisi. Dengan ciri-ciri : Tinggi badan kira-kira 170 cm. Wajah oval. Hidung mancung kedalam alias the mask. Rambut lurus berponi. Tawa mirip nyengir kuda kepanasan. Dan sekarang usia Aku 19 tahun kurang 4 bulan lagi. Katanya wajahku mirip Rowan Antikson pemeran Mr. Bean. Tapi klo dilihat dari Monas pake sedotan es-kelapa muda.

Well, bentar lagi ujian nasional. Kira-kira 3 bulanan lagi. Riweuh and dag-dig-dig. Musuh pelajaranku bakal bertarung matian-matian pas UN. Ironis, sih. Aku yang suka pelajaran sejarah, apalagi sejarah Cut nyak dien. Nggak ngikut UN.
Pelajaran yang di tentukan pemerintah dan konco-konconya :
Ekonomi, lumayan suka, tapi kadang memusingkan
B.Inggris. Sumpah, dari SMP ini musuh bebuyutan.
B.Indonesia. Yang ketiga sih mending. Bisa raba-raba dikit. ukh...Huakkaakaka..

Seperti hari-hari biasa, Aku selalu sibuk. Bukan les tambahan, ngasah otak apalagi. Tiap pagi Aku harus ngambil roti dari pabrik pak Burhan. Kumisnya yang panjang dan berwajah kotak. Untung saja kumisnya ga dikuncir. NORAK.
Terus setelah itu Aku beresin ke mobil box. Ditambah manggul-manggul seabreg makaroni, kripik, pokoknya serba jajanan anak-anak. Aku digaji perbulan hanya Rp. 100rb. Capek. Sumpah.. Jam tujuh-an pekerjaan harus cepet-cepet beres. Klo nggak Aku bakal kesiangan. Wah, kayak temen-temen di jemur menghadap kiblat. Najong. Untung aja belom ngerasain. Katanya sih rugi. Sinar UV-kan bikin item kulit. Hi...Hi...Hi...

Bogor, 28 Januari.....
Malam ini langit terasa dingin menggigit. Mendung. Tak seperti biasa Aku nggak bisa tidur. Jam dinding sudah nunjuk pas 01.00. Dering telepon, menghenyakkan lamunanku. Suara lirih terdengar sendu dibalik loundspeaker hp-ku.
Suara lirih “Man, Bapak...Bapak...Hik...”
Aku “Kenapa nangis...terus ini sapa?”.
Suara lirih “ Ni, Bagas. Bapak..Meninggal”. Bagas adalah sobih di kampungku. Satu sekolah waktu SD.
Aku “Innalillahiwainnailaihi raji’un”
Aku ngerasa mati rasa. Kaku. Suara lirih di balik hp masih terngiang. Mimpikah ?. Dalam pikiran masih terbayang wajah bapak. Saban hari pulang pergi ke kantor kepala desa. Pekerjaanya menjadi sekdes disamping tukang kredit baju keliling. Gajinya setiap bulan kurang lebih Rp. 500ribuan. Makanya, Aku nyari tambahan buat sekolah. Ah..Bapak. Di usia yang hampir setengah abad kau selalu semangat untuk menyekolahkan anakmu.

Hp-ku, berdering lagi. Jari-jemari memainkan keypad yang kasar. Kali ini terdengar suara sesenggukan.
Suara sesenggukan.” Man, pagi ini bapak langsung dimakamkan”
Aku.*diem* gimana mau jawab, Aku mau nyaksiin jasad Bapak yang terakhir kalinya. Nggak bisa. Sedih.
Suara sesenggukan. “Man, kalo nunggu kamu kelamaan”.
Aku.”Ya.Udah...”suaraku pun terbata-bata. Sesekali tanganku menyeka air mata yang jatuh dari chaliknya.
Memang perjalanan Bogor-Tasik jauh banget hampir 12 jam dihabisin di bis. Jadi, gpp deh. Diusahakan, merelakan. Ikhlas. Yang penting do’nya. saja. Hik....Hik...

Tasikmalaya, 29 Januari...
Kampung Singaparna yang jauh dari hiruk pikuk kota. Kendaraan bernyanyi cempreng (angkot) atau bersuara merdu (Mer-C) atau udara kotor yang dipaksa mentah-mentah untuk dihirup. ah..entahlah..
Kaki berdiri dengan gagahnya. Sedang di hadapan, gundukan tanah yang belum mengering. Di dalamnya tubuh kaku tak berdaya yang telah di jemput lonceng kematian. Bapakku telah pensiun sebagai manusia. Nggak ada tugas lagi yang harus dipikulnya. Sebagai hamba, suami, bapak.
Setelah berdo’a dengan berat hati kutinggalkan sebidang tanah yang menyerupai persegi panjang itu.
Di rumah, ibu sedang sibuk menyiapkan makanan buat pengajian. Wajahnya tampak sayu. Tapi ketenangan masih terpancar dari wajahnya. Nafasnya banyak menghembuskan lafadz dzikir. Kakinya melangkah dengan penuh kesabaran. Mendekati dan memeluk erat.
Ibu.” Man, sabar ya..”. dekapan tangannya terasa erat.
Aku.” Ya. Insya Allah.” jawabku singkat.
Ibu.”Ada amanah dari Bapak. Kamu harus siap dengan jawaban ini” Ibu menelan ludah. Di tangannya ada amplop tebel dengan balutan saputangan warna hijau muda.
Aku.”Ada apa ?”. Tangan kasarku meraih amplop dengan jari bergetar. Ibu meraih tanganku memaksa duduk di kursi tamu. Tatapannya tajam. Setajam samurai yang sudah siap menghujam nadi.
Ibu.”Kamu anak angkat kita.”. Getir. DUUUUUUAAAARRRRR. Bagai petir di siang bolong. Langit terasa jatuh tepat di wajahku. Bumi menyempit. Mataku terpejam. Ibu berlalu dan pergi.
Aku buka amplop dengan seksama. Siap menguliti dan menelanjangi isi surat.

Tasikmalaya, 3 Januari 2007
Nanda Salman tersayang.

Nanda, anakku tersayang. Bapak sebelumnya minta maaf. Lewat surat ini bapak mengantarkan berita yang membuat kamu bertanya-tanya. Sungguh..Bapak tak ingin membuka lembaran lama itu. Saat kami temukan kamu dekat stasiun, tubuhmu yang suci dibalut dengan kain. Masih tersa ingatan itu. Seperti kemarin. Kini anak itu telah dewasa. dan gagah.
Nanda sayang. satu rahasia foto yang didalam amplop ini ibumu. Dia (maaf) mantan penghibur malam. Kami pernah bertemu dengannya. Bahkan dia pernah menginjakkan satu kali kakinya di rumah kita. Ketika dia ngasih uang Rp. 1 juta. Ibumu bernama Lilis. kabar terakhir kami terima dia sudah menikah dengan seorang pria kaya raya. Dia seorang anggota DPR. Lewat Ibumu pula Bapak kenal asuransi. Maka Bapak masuk asuransi dengan rekomendasinya. Perusahaan itu milik suaminya. Tapi setahun berlalu. Perusahaan itu telah beralih tangan. Dan Ibumu entah dimana sekarang.Tak ada kabar.
Nanda sayang. bila kamu bertemu dengan ibumu. Kamu jangan menyalahkan ibumu. Kadang kita harus memilih dalam sebuah kehidupan, yang terbaik tentunya. Dan itu mungkin ketika dia menaruhmu di tempat yang ramai, stasiun. Jangan bersedih dan jangan menghakimi dia. Terima dia yang sekarang. Bapak yakin dia telah berubah.
Di dalam amplop ada uang Rp. 2juta, ini merupakan santunan dari asuransi, bapak telah merekomendasikan jika dapat santunan kamu akan mendapatkannya. Gunakan uang itu untuk langkahmu. Kejar mimpimu. Jangan mudah menyerah.
Bapak selalu mendo’akanmua.
Bapakmu.....Rajikin.

Aku menghela napas panjang. Ibu nampak mendekati.Tubuhnya yang mulai renta, mencoba meneguhkan perasaanku. Meyakinkan sebuah pesan kebenaran. Aku yang sedang berusaha nerima apa yang telah terjadi. Dan sore ini, Aku mau balik lagi ke Bogor. Kerjaan disana sudah teriak-teriak. Menumpuk. liat pagi kembali terasa, setelah semalam meninakbobokan jiwa dengan hembusan angin

Bogor, 02 Februari...
Kini Aku telah berada di Bogor lagi. Ikhlas itulah perasaanku sekarang. Sekali lagi ikhlas....Di tanganku, duit 2 juta. Modal buat hidup untuk selanjutnya. Duit itu santunan dari asuransi, karena bapak jadi membernya. Bingung. Rp. 2 juta. Sekali lagi D-U-A-J-U-T-A....Pikiran buntu. Bener-bener bagai balada semut masuk jurang. Tewas. Sekarang ini Aku butuh alat pendengar. Telinga sebelah kananku eror. Kemarin pas ke apotik, temen sekelasku nanyain di Ekalokasari Plaza harganya 2 juta.
Temen sekelasku.”Man lo butuh alat pendengarkan ?”.
Aku.*pura-pura nggak dengar*
Temen sekelasku.” harganya 2 juta”, matanya melotot pesakitan. BROOOOOTTTTTT
Aku.”Bunsyettttt, nggak tambah kentut kalllllllleeeeeeeee”.
Temen sekelasku.”huhahuhakakakaakkkkkkk.
DDDUUUHHHH. Pas banget kan, untuk beli alat pendengar. Tapi, untuk hidup selanjutnya kelaperan, nggak makan berbulan-bulan. Dizamin. Aku butuh juga kaca mata. Klo lagi belajar guru nulis di white board kayak cakar ayam. Ngga jelas. Bujug Buneng !!!!. Tulisan apa lukisan.
Aku berjalan menyelimuti rerumputan liar. Sejenak terpaku di pohon cherry. Sore ini Aku mau main ke rumah Bu Eha, ibu kostku. Dia merupakan salah seorang yang tak punya belas kasih. Marah-marah kayak demo di tugu Kujang. Teriak-teriak di siang bolong. Masalahnya sepele, Cuma Aku nunggak 3 bulan. HUH...
Waktu malam sabtu. Malam yang indah. Hening. Tiba-tiba...
Ibu Kost.” Salman. Udah nunggak tiga bulan...”.HUH...Bulan di langit langsung pucat pasi.
Aku.”Inget, kok Bu.”. Aku pun nunduk. Habisnya, matanya kayak mau keluar. Sumpah. Belo. di tambah badannya subur banget. Cocok kalo ikutan Sumo.
Ibu Kost.”Jangan Cuma inget doang. Bayar..!!!.”. Nyerosos kayak penyiar berita atau presenter gossip perselingkuhan. Aku.”garuk pala aja.*walau nggak gatal.
Aku.”Iya...besok mau ngambil dulu ke ATM.”.HHHHEEEEHHHHH.ATM. Aku punya kartu ATM. Fitnah. Dasar dodol.
Ibu Kost.” Ditungguin besok.”. badannya nyosor, seraya membuang muka. Mendelik pula. Ih. kok masih ada manusia kayak gini.

Setelah membayar kost yang nunggak 3 bulan, dari kejauhan terlihat batang hidung putih mancung. Dekat. Dekat. Terlihat jelas wajah ayu, dengan rambut terurai. Oh..Raya. Dia anak ibu kost. Wajahnya memang nggak mirip sama sekali dengan ibunya. Dia lebih memihak pada ayahnya yang dari Arab (dulu ibunya Raya TKW). Sesekali wajahnya menyungging manis. Di tangan kanannya sebuah majalah. Aku melirik nakal. Terjadi dialog romantis antara Aku dengan Raya.
Raya.”Minjem..?”.wajahnya makin manis, mirip martabak keju ditambah taburan kacang, coklat. Yummy.
Aku.”Boleh...?”Padahal mukaku memelas banget. gw emang suka baca majalah, apalagi gosip-gosipnya. ukh...kekekeke.
Raya.”Nih, Tapi balikin lagi yah.”wajahnya terlihat manja. Seraya berjalan gontai membuka pintu. Bug !!!.

Jam. 19.38 WIB
Rublik majalah ****** banyak informasi tentang kepenulisan. Hobi Aku, nulis disamping makan, nonton, tidur, ngocol. Mataku sumringah, ketika bola mata tertuju pada halaman 79. Terpampang dengan jelas. LOMBA MENULIS CERPEN ASURANSI...Hola huppppp. Sekali lagi Aku baca, untuk meyakinkan kecintaanku pada lomba-lomba. Cring !!!!! LOMBA MENULIS CERPEN ASURANSI JIWA BERSAMA (AJB) BUMIPUTERA 1912 Heh..., asuransi. Sumpah. Aku belom paham tentang asuransi. Kalo di Negara maju setiap individu mencari agen eh perusahaan asuransi. Menjadi suatu keharusan untuk menjamin kehidupannya. Mereka dengan teliti memilih setiap perusahaan-perusaan asuransi yang cocok.Tapi, Indonesia gitu loch. Negara berkembang, yang penduduknya hampir setengahnya berada di garis merah. Alias kemiskinan. Sulit untuk menyadarkan mereka tentang pentingnya berasuransi.
Anyway....Aku kemarin nonton tv di tetangga kostank ada event penghargaan tentang asuransi. ternyata masyarakat sudah mulai mengerti pentingnya berasuransi. Aku-pun mencoba meng-klik di geogle di warnet langganan. Murah banget Rp. 2ribu/jam. Klik.....Asuransi. Mulai mencari dan membaca dengan khusyuk. Wah ternyata penting banget berasuransi. Nggak salah Bapak angkatku pernah berasuransi.

Asuransi jiwa adalah sebuah kerjasama antara individu dan perusahaan untuk menjalin sebuah mutualisme kehidupan. Di dalam UU No.2 thn 1992 tentang pengasuransian merupakan perjanjian antara dua belah pihak atau lebih, dengan nama pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan pergantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggungjawab hukum pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. Disamping itu perusahaan juga mendapatkan keuntungan investasi. yang diperoleh dari investasi premi yang diterima sampai mereka harus membayar klaim. Uang itu disebut ‘float’. Penanggung juga mendapatkan keuntungan atau kerugian dari harga perubahan float dan juga suku bunga atau dividen di float. jadi, Mutualisme deh, kita untung bangsa, eh perusahaan untung.

Wow...Jadi, kalo kita mendapat musibah atau kematian kita akan mendapat santunan. Catet. Santunan. Sekali lagi santunan....kepada ahli waris dari nasabah tersebut dengan jumlah tertentu. Dengan mengikuti asuransi jiwa, diharapkan pihak yang ditinggalkan tidak mengalami kesulitan dana, karena terbantu dari asuransi jiwa. Ohhh bener banget, disaat kita down (mengalami musibah), kita tidak usah repot-repot kelabakan mencari biaya. Ada jalan yang memberi solusi cepat. It is ASURANSI. TITIK.




Bogor, 10 Februari...
Jam 22.14 WIB
Ruangan petak seluas 4x4 m disulap menjadi tempat senyaman mungkin dibalut dengan balutan warna biru. Kamar Aku memang minimalis banget. Malam ini Aku mau merumusin sebuah kerangka cerpen. Mulai dari tema, tokoh, sifat, fisik, opening, klimaks, ending DE ES BE. Jiwa mulai bergairah untuk memainkan benda kotak ajaib (baca: komputer). Komputer warisan kakak kelasku, yang dulu pernah hinggap di kamar ini. Dia ogah untuk membawanya. Berat, katanya. Namanya Martua Van Baston. Hiiii keren. Dia kuliah di IPB jurusan perikanan dan sudah lulus. Dia beragama Protestan. Orangnya baik, kurus. Lebih kurus dari pahaku. Supel, bijak dan taat beragama. hampir tiap minggu dia pergi ke Gereja Rehoboth. Kadang-kadang aku menemaninya. Dia beribadat, Aku makan bakso langganan milik Mang Eko. Martua berasal dari NTB alias pulau sebrang, bukan main kaya banget. Dompetnya tebel sampei 5 inci-an. Bapaknya kerja di kejaksaan. Tiap bulan dikirim Rp. 3 jt/bulan buat makan doang. Jauh banget dengan Aku yang cuma Rp. 300rb/bulan + telat beberapa hari.
Pada suatu malam....yang sesunyi itu...kami berdua, tak ada yang menemani...
Selanjutnya Martua Van Baston disingkat menjadi MVB..
MVB.”gw besok cabut ke NTB.”. Tangan-tanganya yang lihai mulai mengemasi barang-barangnya dengan sigap pada koper warna hitam pekat.
Aku.”Oh.” mataku melotot dodol, berat berpisah dengan soulmate eh sahabat sejatiku.
MVB.”komputer ini, jaga ya. Pake buat lo, buat nulis-nulis”. Mimik wajahnya damai.
Aku.”buat gw.” setengah kegirangan. Untung saja ngga lompat-lompat kayak cacing kepanasan. Sekali lagi..Seneng banget. Dipikir-pikir. Kapan Aku bakal kebeli komputer. HUUUUHHHH. rezeki nomplok. Durian jatuh. Mangga juga jatuh. Rambutanpun jatuh. Emh....Bunga sakura berguguran...Musim Semi.
MVB.”Semangat lo jangan luntur. Lo, gw anggap adek gw.” Idih...So Sweet. Aku terharu.
Malam itu menjadi malam perpisahan kami. Indah. Damai. Dan Berbuah bukan berbunga. Jadi inget kata orang bijak. “SEBUAH PERISTIWA YANG MENGGEMBIRAKAN TAK PERNAH SEINDAH PERISTIWA YANG KELAK MENJADI SEBUAH KENANGAN.”
Back To cerpen. Again..
Jari-jemari mulai bermain kesana-kemari. Setiap keypad di sentuhnya dengan penuh rasa. Lembar per lembar dilewati dengan semangat 45. Tak terasa waktu menunjukkan jam 03.00 WIB. Aku pun menyudahinya. Soalnya sedari tadi guling melambai-lambai manja minta ditemani. Aku pun memeluknya dengan riang dan senang hati.

Bogor, 13 Februari...
Malam ini. Langit tampak menghitam. Mendung. Tak ada cahaya bulan yang mengintip dari jendela kamar. Kurang dari 10 menit pun, hujan dengan lebat menghujam. Deras dan sesekali petir mengiringinya.
Tangan Aku berusaha untuk menjelajah tiah huruf keypad. Malam ini, berniat menyelesaikan cerpen. Tinggal editing, dan revisi.
1 jam berlalu.
Akhirnya naskah cerpen sudah siap untuk di kirim. Tanpa menunggu panjang, lebar dan tinggi. Aku beranjak pergi ke warnet. Di luarpun hujan sudah reda. Aku pun ke Vidia, warnet langganan. Disana sudah terlihat batang hidungnya Aa. Hendi. Penjaga warnet yang murah senyum. Saking murahnya, dia obral gratis. Ciuhaaaaahhhh....
terjadi percakapan singkat...Antara Aku dan Aa. Hendi..
Aa. Hendi.”dah selesai. Siap kirim ?.” Aa. Hendi tahu klo Aku sering ikut-ikutan lomba cerpen. Kita sering curhat bareng. Mulai, soal cewek, keluarga dan soal pribadi. Cieeeehhhh...
Aku.” Selesai dong. On Time. Mudah-mudahan kali ini menang.” Soalnya Aku sudah puluhan kali ikutan lomba. Tapi nggak pernah dapet. pernah dimuat beberapa kali. Tapi bukan lomba, hanya iseng. Coretan puisi-puisi.
Aa. Hendi *ngangguk-ngangguk kepala*, lo kok sering banget ngangguknya. Aku liatin dan menyambanginya. Dodol dia malah dengerin musik.*geleng-geleng*
Aku pun cepet-cepet buka yahoo. Siap kirim cerpen Aku. Dalam hati, terus berharap. Moga ini menjadi langkah semangat hobi nulisku. Di layar yahoo telah kebuka. Aku pun mulai menulis
salman_yadi@yahoo.co.id dengan password *******. Sent to message. SUCCESS. !!!!!!!!!!!!!.

Bogor, April....
Jam 08.02...
Aduh...Sumpah Aku deg-degan. UN dimulai. Bulu kudik berdiri tegap. Tegap mirip Paskibra tanggal 17 belasan. Di balik pintu Ibu berkerudung putih masuk dengap sigap. Di belakangnya bapak yang kelihatan usianya antara 25 th-an datang membawa bank soal. Selasa ini ujian pertama B. Indonesia. Lumayan, rileks . Tapi yang suka membingungkan peserta adalah jawabannya mirip-mirip, butuh ketelitian yang menjadi.
HUUUUUUUUHHHHHHHH. Satu mata pelajaran BERES
B.Inggris.....Yes finish. Walau ngitung kancing bajuku. Hari kedua REBUS dan mulai eror. sekali lagi error. R nya sudah tiga.
Ekonomi. MMUUUUAHHHH. RUBES..........Mulai agak sedeng. Sedeng Husain.

Bogor, Juni...
Puji syukur Aku panjatkan pada yang Maha Kuasa. Aku LULUS. Empat kali lagi, LULUS.LULUS.LULUS.LULUS.....
Aku dapet nilai kelulusan sementara. Bu Yasmin, wali kelasku yang imut. Memberikan raport sementara dengan sedikit bangga. HHHHEEEEHHHH bangga. Sekali lagi bukan bangga tapi sedikit bangga. Terjadi dialog sengit, antara kami berdua..
Pada suatu pagi, kira-kira jam 10-an di lorong kelas 3 IPS 2 :
Ibu Yasmin.” Nilaimu lumayan bagus.”. Aduuuuuh. Lumayan. Ya, bolehlah.
Aku.” makasih,ya Bu..” Nadaku agak deg-degan. Takut diceramahi.
Ibu Yasmin.”Ibu salut. Kamu bisa berada dalam dua kolidor. tapi tetap bisa menyesuaikan.” maksudnya Beliau dapat menyeimbangkan antara pekerjaan dan belajar. Boleh deh sombong dikit. HUUUUUUHHHHH.
Sekedar informasi yang nggak begitu penting ini, nilai-nilaiku terdiri dari :
B. Indonesia 6.17
B.inggris 6.01
Ekonomi 8.75
Agama 8.85
Sejarah 8.99
Tata negara 7.38
PPKN 6.57
Antropologi 8.69
Olahraga 8.00
Nilaiku lumayan lolos dari benang merah alias standar pemerintah. Waktu itu standar kelulusan adalah 4.25. So Aku mesti syukuran, lolos UN. YiiiiiiHaaaaaa.....

Bogor, 3 Juni.....
Hari ini adalah pengumuman lomba cerpen. Aku nggak berharap banget untuk menang. Kalah jangan. Menang harus. Maksa. Kali ini Aku nebeng ke warnet sama temen sekelasku, namanya Giant. Jangan harap ya namanya Giant ini gendut. Malah jauh dari standar orang normal. Tubuhnya minimalis.
Di dalam suatu warnet langganan kami, terjadi obrolan yang seru dan memalukan...
Aku.” Ikut nebeng. Bentar liat pengumuman doang.”Aku pasang muka super melas. Jurus andalan dari Padepokan Angin Ribut (PAR).
Giant.” Of Course. Ente ikutan cerpen itu ya.” logat Inggrisnya kambuh. Sejak dulu Dia bercita-cita ingin ke Amerika. Aku nggak tahu pasti, apakah mau kuliah atau jadi TKI.
Gw.*pura-pura nggak denger*. Nggak penting sih. Soalnya malu kalo Aku nggak menang lagi. Mau taruh dimana ini muka. Giant merupakan pesaing berat dalam nulis fiksi di sekolah. Ya se-enggaknya kita harus saling mengerti. Antar sesama se-hobi.
Giant.*klik* JENG..JENG..JRENG.....

PENGUMUMAN LOMBA CERPEN ASURANSI JIWA BERSAMA (AJB)
BUMI PUTERA 1912

WAHANA PRAKASA (26 th) : ASURANSI OH..ASURANSI
SURYA KELANA PUTERA (19 th) : ANTARA AKU, DIARY DAN ASURANSI
LIA MANUTRA SIAHAAAN (30 th) : ASURANSI JIWA
Mataku melotot. Setengah percaya. Nama penaku adalah SURYA KELANA PUTERA. Dan disitu terpampang namaku dengan jelas. Mimpi apa Aku semalam. Kejatuhan duit Rp. 2 jt. OMG. Aku masih memikirkan apa yang harus Aku lakukan.
Di pengumuman ada keterangan. Hadiah dapat Diambil tanggal 04 juni. Jadi besok Aku harus ke Jakarta ngambil hadiah. Seneng banget. Suatu rencana yang nggak disangka-sangka. ini merupakan hadiah terindah tanggal kelahiranku. Hari ini genap Aku berusia 19 tahun. Be Happy.....N’ Happy B’day to Me..Ih...Sedih. Cuma dapet ucapan selamat dari diri sendiri.

Jakarta. 04 Juni...
Tepuk tangan dan sorak sorai pecah membahana ruangan yang begitu megah. Acara dimulai dengan dengan suara duet MC beken, Indra Bekti dan Nirina Zubir. Turut memeriahkan :
Bunga Citra Lestari dengan lagu mellow-nya Pernah Muda
Vidi Aldiano dengan lagunya romantic-nya Nuansa Bening
Rossa dengan lagi andalannya Terlanjur Cinta Feat. Padli “PADI”
Saat-saat tegang, ketika sang MC Nirina membaca pemenangnya. Namaku di sebut, nggak percaya ada juga orang yang rela dan sudi menyebut namaku. Padahal sekarang Aku belum tahu siapa Ibu kandungku, apalagi bapakku yang pasti nggak jelas. Indra bekti MC yang memanggil namaku untuk keduna kalinya menyebutkan dengan bangga. Sedangkan ibuku dengan sengaja menjatuhkan nama dan jiwaku di stasiun Tasik. Ahhhhhhh.
Puji syukur aku mendapatkan hadiah Rp. 2 juta + trophy. Uang itu aku akan gunakan buat beli kacamata dulu dan buat nyari ibu kandungku. Oh..Ibu Dimanapun kau berada. Anakmu sudah terasa berat menahan tangis dan kangen kepadamu. Rengkuhlah diriku dalam pangkuan hangatmu.

Acara berlangsung kira-kira 2-jam.
Aku keluar dengan bangga. Aku tak begitu memperhatikan di samping jalan sebuah mobil kecepatan tinggi melaju. Dan. SSTTTT. Badanku sempoyongan. Trophy itu siuuuurrr... terbawa angin mobil BMW. Aku terseok-seok kaget. Bluuuuuugggg !!! Benturan keras mengenai tangan kiriku Di balik pintu mobil terlihat wajar yang nggak begitu asing. Tangganku yang terasa sakit tak kuasa memperhatikan dengan seksama. Penglihatanku mulai kabur. Mati rasa. Hening. Tak ada suara. Pekat. Sunyi. Bagai berada di alam yang jauh dari kehidupan. Pingsan.

Di sebuah Rumah Sakit.
Tanganku ngilu. Terasa sakit. mataku terbuka. Gorden serba putih mengelilingiku. Aku merasa asing ruangan ini. Tiba-tiba Aku mendengar sebuah percakapan seorang dokter dan seorang ibu. Terdengar suara panik.
Dokter.” Anak ibu g pp.” Dokter membuka percakapan.
Ibu.”Syukurlah dokter.” Ibu itu terdengar menangis ketakutan. Bersalah.
Dokter.”tenang Bu. Serahkan semua pada yang di Atas.”
Ibu.” Saya baru menemukan anak saya. Dok. Saya nggak ketemu 12 tahunan.” seorang ibu semakin keras tangisannya.
Suara itu membuatku heran. Anak?. Ibu?. 12 tahun?. Tangan kananku merogoh saku dengan perlahan. Tak ada dompet. Mungkinkan ibu itu yang mengambil, lalu membukanya. Di dalam dompet memang ada foto Aku ketika berusia 4 tahun-an dengan Ibu kandungku. Waktu itu ibu mengunjungi Bapak angkatku. Dia memberikan sebuah foto kenangan untuk Aku kalo sudah dewasa. Ah....Entahlah. Kepalaku masih terasa pusing.
AKu berucap pelan.”Halo...”. Terdengar suara kursi yang tersenggol. Di balik tirai, terlihat wajah yang tidak asing. Wajah yang ada dalam foto dompetku. IBU !!!
Ibu memeluk dengat erat. Hangat. Ibu aku telah menemukan kebahagiaan yang belum pernah aku rasakan.
“maafkan ibu.” suara terbata-bata terucap dari ibu.
Ibu aku telah memaafkanmu, bapak angkatku akan tenang disana. Aku telah memenuhi janjinya. IBU AKU MERINDUKANMU. !!! DIMANAPUN KAU BERADA..!!!!

Cinere, Depok. 05 Juni...
Aku, Ibu dan ayah baruku tertawa lepas. Bahagia. Tak ada beban. Ibuku bernama Lilis dan ayah baruku bernama Johan Idris. Dia merupakan anggota DPR komisi 1X. Syukurlah. Pak Johan dapat nerima Aku apa adanya, bahkan dia mau menjadi Ayahku. Dia berniat menyekolahkanku ke perguruan tinggi. Terharu. Apalagi kemarin Dia membelikanku alat pendengar. Wah lengkap sudah kebahagianku. Aku bertekad takkan menyia-nyiakan waktu yang diberikan Tuhan saat ini. Aku akan menjaga ibu serta ayah baruku ini.
Dari kejauhan terdengar ketukan pintu...
Tok...Tok..Tok...
“Salman Al-Farisi.” Petugas berseragam rapi bertanya lepas.
“Yah. Aku Ibunya’Suara ibuku mengiyakan. Mantap.
Sebuah santunan kecelakaan dari asuransi. Waktu menang Aku resmi menjadi member-nya. Terima kasih Asuransi. Jasamu akan ku kenang selalu. lewat lomba, kau telah menyatukan Aku, Ibuku dan Ayah baruku yang baik hati. ARIGATO GOZAIMASU TO ASURANSI. BRAVO ‘N CAYO.

Bogor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar