Sabtu, Agustus 29, 2009

KeRiKiL-KeRiKiL tUmPuL...

The Journal.....

MANUSIA SETENGAH PERSEN (0,5 %)...

Sekapur sirih....
Tarik. Buang. Tarik. Buang. Tarik. Buang. Tarik......Jangan kelamaan, entar yang keluar dari lubang yang berbeda.

Hidup itu rangkaian kata. Jika kita mahir dalam merangkainya. Untaian itu akan terdengar syahdu dan memberikan efek..(catet bukan efek rumah kaca) satu contoh hidungku efek. Itu mah pesek...
Yang benar adalah memberikan sebuah efek positif untuk mengarungi hidup.

WELL..BTW, ANYWAY, BUSWAY, Karena di Bogor gak ada busway jadi di ralat menjadi TRANSPAKUAN. Gak nyambung. Garing gak ??. Kalo garing kasih air dikit takut gosong. Lalu angkat..Dan sajikan hangat-hangat..He...

Cerita ini dimaksudkan untuk memberikan ibrah. Yang pasti bukan tetangga mu tukang bakso itu. Ibroh adalah sebuah pelajaran. Pelajaran itu bukan matematika, fisika DE EL EL. Pelajaran disini menjadikan hidupmu berarti dan bijaksana dalam mengahadapinya. Sehingga menjadikan manusia insan kamil. (tahu gak ?).

Pertanyaan demi pertanyaan dilemparkan (hingga kena jidatku. Jontor tahu) dari temen-temenku di kampus. Tanpa berfikir panjang kali lebar, sisi kali sisi, aku jelaskan bahwa cerita ini adalah 70:30 (70 adalah berdasarkan kisah sebenarnya). Ada yang benarnya sesuai TKP juga ada fiksinya Tapi, tak tahulah??.
Ada temen-temen kampus yang respek banget, biasa, dan gak ada respon sama sekali. Yang penting Aku telah membuat satu karya. Karya, yang membuat Aku sedikit rileks...

Judul buku ini “Manusia Setengah Persen (0,5)..”, karena Aku memandang manusia tak ada yang sempurna. Ganteng tapi miskin. Cantik tapi jutek. Miskin tapi dermawan (bagus kalo ini). Pinter tapi kebelenger. Cantik tapi buta. Tegap tapi gagap. Kaya tapi dermawan, ah ini baru ideal. Dan masih banyak lagi. Cari saja sendiri. Key !!!!

Apapun itu, Aku puas banget dengan selesainya novel ini.

Tak lupa Aku panjatkan Syukur atas karunia-Nya Allah SWT. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada baginda Muhammad SAW.

Kayak mau presentasi saja dech...

Terus, kepada keluargaku yang tidak henti-hentinya mendo’akanku. Siang dan malam, Panas dan dingin n rekan-rekannya saja. Pokoke Aku akan membuat keluargaku ‘sedikit tersenyum’ dan membuat satu terobosan bahwa sekolah itu memang penting banget.

Para dosen pembimbing yang telah memberikan aura panas kepadaku, sehingga Aku gerah untuk melakukan sebuah bukti bukan janji. Maaf, pak bukan kampanye...

Teman-temanku yang mendukung dan yang mengejek, Aku haturkan beribu-ribu kalimat terima kasih karena dengan ocehannya Aku dapat berkarya walau belum seberapa. Dan terus berfikir, berfikir, berfikir, berfikir. Kayak banyak utang. Mikir mulu. Huhhhhh...

Pemain-pemain pendukung yang rela nama aslinya disebut, juga pemain asli tapi disamarkan (Bukan Salman Khan). Terima kasih atas kesediaannya diwawancara.
Lo kok ??. Kayak melamar wanita aja. Udah mulai ngawur....

Pokoke, Salam kasih dalam persahabatan.....
Sukses buat kita semua...Amin.

The end.....


Cianjur, 3 Juni ****
Story of live...Start Begin...

Kamis : 03.15 WIB
Sebuah kampung yang jauh dari hiruk pikuk kendaraan dan keramaian. Dari seorang perempuan lahir seorang bayi laki-laki mungil. Di ruangan yang sumpek dan seadanya. Dukun beranak dengan hati-hati memandikan sang bayi. Dan seorang bapak dengan sibuknya menyiapkan air hangat untuk mandi sang istri. Kemudian dia mengahampiri sang dukun beranak, di adzaninya di bagian telinga kanan, lalu melanjutkan di telingga kirinya iqomah.
Terlihat kerutan kebahagian dari wajah suami istri itu.....
Haru. Biru....

1 tahun kemudian.....
Sabtu : 10.15 WIB
Sebuah mobil dengan nopol F ***** LS, mendatangi gubuk suami istri tersebut. Seorang Bapak setengah baya dengan stelan jas lengkap menghampiri keduanya.
Bapak itu menyuruh anak buahnya untuk memaksa sang istri dibawa ke mobil yang di kendarainya.
Tangisan pun tak dapat terbendung. Tarik menarik pun tak terelakkan. Seorang suami dengan sekuat tenaga mempertahankan sang Istri. Sedang dua orang Bodyguard dengan super tenaganya berhasil mengalahkannya. Tangisan bayipun mengiringi perebutan seorang perempuan tersebut.
Sedangkan tetangganya hanya asyik menonton pertempuran sengit....
Isterinya dipaksa masuk ke dalam sebuah mobil. Sedang sang suami hanya dapat melihat kepergiaanya dengan pilu.
Mobil menjauh...Menjauh...Menjauh....Dan tidak nampak lagi....
Sang suami menghampiri anaknya yang sedari tadi menagis. Menangisi kepergian ibunya....Anakku sayang...Anakku malang...

Bogor, 12 Juni 2005…
My name is Gilang...

Hidup itu kayak sepotong roti. Tak ada yang sempurna.

Lorong waktu terbentang luas. Seluas hamparan sabana.
Ukh…Waktu terasa cepat bergulir. Matahari sudah jatuh di langit timur kota Bogor. Bola raksasa itu tak ada yang dapat menghentikannya. Saban hari menerangi dengan cahayanya. Kota hujan yang dulu dikenal sejuk. Sekarang berubah menjadi kota agak panas. Rasa gerah sudah menjadi sohib karib, menyatu dengan aktivitas masyarakat.

BTW…
Namaku Gilang Supriadi, lahir 03 Juni****, usiaku 19 tahun. Ciri-ciri Aku :
Tinggi badan 171 cm, dengan bobot 56 kg
Wajah oval
Hidung gak mancung, pesek iya...
Rambut lurus berponi, walau gak pernah rebonding
Warna kulit, sawo busuk eh sawo belom mateng
Tawa mirip nyengir kuda kepanasan. Jadi, kalo kata temen-temenku kangen, mereka cukup pergi ke pasar. Di sana banyak delman berbaris yang nyengir kompak. Capek narik mulu sih bang !!!.
Katanya wajahku mirip Rowan Antikson, pemeran Mr. Bean. Tapi, kalo dilihat dari jarak 10 km pake sedotan, dengan kedalaman 100 dpl (baca : dari permukaan laut). Nggak nyambung...

Oia...
Bintangku Gemini : Aku dapat simpulkan dari referensi-refenrensi terkini, teraktual, terpercaya, terheboh dan termutakhir....
“gemini itu mempunyai hasrat yang kuat. Saking kuatnya. Ketika ngantuk gak bisa nahan. Pengen bobo terus. Entah itu di kursi, sofa, mobil (yang gak punya, di angkot juga bisa), apalagi di kasur. Langsung PeLor (nemPel moLor). Apalagi ditambah dengan kemolekkan benda bulat, panjang dan bergambar mickey mouse berwarna ijo muda. IT’S BOLSTER alias guling. Di sarung eh di samping itu, gemini juga kuat dalam kemaluan. Sssstttt. Percaya Diri (PeDe). Klo soal asmara : gemini ini, sering melakukan dua hal dalam satu pekerjaan. Makan sambil baca. Nonton sambil ngemil. Dan menikah sambil pacaran. Eits......’Kata pribahasa minum aer sambil menyelam’. Kebalik gak ??. Yang pasti kelelep.

Well, Aku baru lulus ujian. Satu langkah menuju gerbang kedewasaan. Syukur banget nilai-nilai Aku lolos dari benang merah, alias standar Internasional eh Nasional yaitu 4.25. Aku herman deh, eh heran kenapa yang di UN-kan cuma tiga pelajaran. Terus, yang Aku gak suka lagi. B. Inggris, emang dari pas orok Aku gak suka. Kalo ekonomi agak suka, buat bantu ngitung bapakku. He....
Kerjanya tukang kredit keliling. Cuma B. Indonesia yang nempel dihati. Masa orang Indonesia gak bisa B. Indonesia. Apa kata Malaysia?. Indon. (itu yang IPS, yang gak disebutin. Sebutin sendiri saja yah). Tapi, walau begitu Aku bersyukur banget. LULUS. Dua kali lagi ah belum puas. LULUS. LULUS. Yes....Akhirnya.

Ini berita yang gak begitu penting, nilai-nilaiku :
B. Indonesia 6.17
B. Inggris 6.01
Ekonomi 8.75
Agama 8.85
Sejarah 8.99
Tata Negara 7.38
PPKN 6.57
Antopologi 8.69
Olahraga 8.00

Duh, bingung kalo udah lulus. Maunya kuliah. Tapi, celengan ayam yang di tabung dari hasil kerja. Hanya ada Rp. 1 juta. Mana cukup.
NB : Aku saban hari before dan after sekolah dihabiskan untuk bekerja sebagai kurir roti milik pak Yono. Kumisnya yang agak panjang dan tebel dengan postur wajah persegi eh kotak. Untung saja kumisnya gak dikuncur. NORAK deh...Pak !!!
Kerjaanku cuma ngambilin roti, makaroni, kripik dll. Dari pabrik terus dimasukin ke box. Gak capek. Lumayan lah....Berkeringat.
Dari kerja ini, Aku di gaji Rp. 200rb/bulan. Uang itu digunakkan untuk keperluan sehari-hari + bayar kost Rp. 200rb/bulan berdua sama temen-ku Stephanus jadi Rp.100rb/orang. Karena bapakku cuma ngasih bekal Rp. 60rb/bulan jauh banget dari kehidupan layak. Ih..Cedih deh....Sumpah !!!
Waktu dulu kala, terjadi percakapan mengharukan antara Aku dan bapak :
Bapak.” Ni, uang buat 1 bulan.”.Tangannya yang mulai keriput merogok dari celananya.
Aku.”makasih, pak.” Menelan ludah. Hati teriak *kurang dong*.
Bapak.”Cukup gak ?”. *pengennya bapak ngasih lebih, sorot matanya penuh dengan kata maaf*
Aku.”Cukup, pak. Kan Disana mau belajar, bukan untuk jajan.” Aku yang sok bijak. Berusaha meneguhkan perasaan bapak.
Bapak.*memelukku*.”Bapak doa’akan semoga kamu pintar.” Hiks.....
Aku.*Diam*. Gak ada kata-kata.

Bogor, 15 Juli 2005...
Suara lonceng kematian...

Jam. 02.00 WIB
Dering hp membagunkan tidur lelapku. Jam dinding nunjuk pas 02.00 pagi. Ada apa gerangan nelpon pagi-pagi buta. Isengkah ?. Tanganku yang setengah sadar meraba meja. Kulihat dengan seksama nama penelpon. Bagas. Dia adalah tetangga dekatku dan juga teman ketika waktu SD.
Suara lirih terdengar sendu di hp-ku...
Suara lirih.” Lang. Bapakmu...Bapakmu...”. Suara terbata-bata membuat Aku bergetar.
Aku.” Kenapa dengan bapak ?.”*Mencoba menepis perasaan galau*
Suara lirih.”Meninggal.”. DDDDUUUUAAAARRRRRR. Bagai petir di pagi buta. Langit terasa jatuh tepat di wajahku. LEMAS...
Aku.”Kapan bapakku meninggal?.”.*Masih setengah percaya*
Suara lirih.”Kenapa hp-mu gak aktif-aktif?.”. Aku merasa bersalah. Tadi siang Aku mencoba untuk mencari kerja di sebuah kafe, dah hp-ku ketingggalan di kost-an.
Suara lirih.”Magrib. Jadi sekarang sudah dikuburkan. Takut kelamaan.”.
Aku.”Dikuburkan.?.”. Aku semakin bersalah, di penghujung usianya, Aku tak dapat berada di sampingnya. Ya...Tuhan. Bapak memang sehat, tidak sakit. Itulah rahasia Tuhan. Tak ada yang dapat menghindarinya. Ketika estapet kehidupan telah mencapai finish. Maka kematianpun tak dapat dihindarkan.
Masih teringat wajah bapak yang berkeringat dengan dagangannya. Kini lengkap statusku. Anak yatim piatu. Ibuku, Aku tak tahu dimana dia sekarang. Sejak kecil wajahnya belum Aku kenal. Dan bapak selalu merahasiahkan dariku. Ah..Entahlah...

Tubuh lemasku ku ayunkan. Mencoba untuk kuat. Segera ku basuh muka tanpa mandi. Perjalanan Bogor-Cianjur kira-kira 2 jam. Tapi, dari cianjur ke kampungku kira-kira 4-5 jam. Jadi, dengan jelas Aku tak dapat menyaksikan jasad kaku bapak untuk terakhir kalinya.

Cianjur, 16 Juli 2005...
3 Wasiat bapak...Hiks....

Angin riuh menggoyangkan bajuku.
Hembusannya menyatu dengan kesedihan.
Kakiku berdiri tegap dengan gagahnya. Sedangkan, gundukkan tanah dihadapan belum mengering. Jasad yang kaku di dalammnya telah di jemput lonceng kematian.
Sesekali Aku menyeka air mata yang jatuh dari chaliknya. Masih teringat senyuman bapak yang penuh dengan kasihnya. Semangat mencari nafkah, hanya untuk menyekolahkan anak tunggalnya. Kini Anaknya telah lulus sekolah. Dan sekarang anak itu sudah dewasa. Berada di sampingnya. Menangisi kepergiannya.
Bapak telah bebas tugasnya menjadi hamba, bapak, sekaligus ibu.
Ya...Tuhan semoga Engkau tempatkan bapak di tempat yang layak. Amin...

Setelah berdo’a, Aku berusaha kuat melangkahkan kaki. Aku tinggalkan sebidang tanah yang menyerupai persegi panjang itu.
Di rumah, para tetangga sedang sibuk memanjatkan do’a untuk bapak kepada Yang Maha Kuasa. Seseorang mendekati kepadaku. Bagas. Dia memelukku erat. Terpancar butiran airmata di bola matanya.
Bagas.” Lang, Sabar yah ?.”. Mencoba meneguhkanku.
Aku.*Tanpa kata*.*Tak ada suara.*
Tangan kasar Bagas memaksaku duduk di kursi reyot rumahku. Bagas mengeluarkan sebuah amplop dari baju koko-nya. Sedangkan, Aku tampak tidak peduli.
Bagas.”Bapakmu, menitipkan ini padaku.”
Aku.*Meraih amplop dengan linangan air mata*.

30 menit berlalu...
Semua tetanggaku, keluar dari rumahku. Bertebaran. Ada yang menyalami Aku. Turut berduka cita. Aku mencoba untuk menyunggingkan senyuman kecil tanda terima kasihku.

Rumah mungil yang hanya terdiri dari satu kamar, dapur dan ruang tamu tampak lengang. Di dalamnya Aku dan Bagas.
Sesekali suara bibir terucap...
Bagas.”Lang, buka amplopnya.” Bagas membuka percakapan.
Aku.*Mengganggukkan kepala. Mengiyakan*
Perlahan aku buka amplop. Siap menguliti dan menelanjangi isi surat.
Cianjur, 15 Juli 2005
Nanda Gilang tersayang

Nanda, anakku. Ketika kamu baca surat ini, jangan bersedih. Jangan cengeng. kamu anak bapak yang tegas dan sabar.
Nanda, sebelumnya bapak minta maaf. Lewat surat ini bapak ceritakan. Ibumu masih hidup, di dalam amplop ada foto ibumu. Maaf bapak tak sempat menengokmu ke Bogor. Perasaan bapak waktu itu ingin menulis sebuah surat dengan kuat. Bapak gak tahu kenapa ?.
Nanda, anakku. Jika suatu hari kamu bertemu dengan ibumu. Maafkanlah dia. Karena dia, nanda lahir. Bagaimanapun bersalahnya dia. Dia tetap ibumu. Itu Pesan bapak. Terima dia yang sekarang. Bapak yakin ibumu telah berubah.
Nanda, wajahmu mirip dengan ibumu. Itulah kenapa bapak memaafkannya.
Nanda di dalam lemari ada kotak hitam. Di dalamnya ada uang Rp. 500rb. Itu tabungan bapak. Untuk modal hidupmu. Maafkan bapak yang tak bisa membahagiakanmu. Kamu hidup dalam kekurangan. Bahkan untuk menghidupimu, kamu sekolah sambil bekerja.
Nanda, jika kelak kamu nikah. Namun, bapak telah tiada. Bawa dia ke makam bapak ya?
Nanda, jadilah anak yang kuat dan terut semangat. Kejar mimpimu. bapak selalu ada bersamamu.
Bapakmu...
Ya..Tuhan maafkanlah hambamu...Air matapun tak terbendung. Menangis.

Cianjur, 23 Juli 2005...
Back to Bogor...

Geliat pagi kembali terasa, setelah semalam meninakkbobokan jiwa dengan hembusan angin sepoi...
Sudah 7 hari Aku di Cianjur. Pagi ini aku akan balik lagi ke Bogor. Di sana telah menunggu sebuah perjuangan. Mimpi-mimpi telah aku tempel di mading kamarku. Deadline yang numpuk. Sejuta cita-cita.
Rumahku di Cianjur, akan diisi Bagas, sohibku. Rumahku menjadi rumah keduanya. Dia maksa ingin menjadi bagian dari keluargaku. Aku sih gak terlalu. He.....

Waktu bapak masih hidup, Bagas sering menemani bapakku. Karena di rumahnya yang banyak penghuninya. Adiknya 4 orang dan kakannya 1 orang ditambah ayah dan ibunya. Satu Rumah dihuni delapan orang, sedangkan rumahnya seukuran rumahku. Sesak. Bapaknya yang buruh, tak ada biaya untuk merenovasi rumahnya.
Bagas bekerja di sekolah kami dulu, dia sebagai caraka (baca : office boy school). Aku akan menjadi sohib Bagas sampai kapanpun.

Saat kepergianku ke Bogor, terjadi percakapan yang mengharukan antara Aku dan Bagas:
Bagas.”Baik-baik ya, disana.”. Terlihat mimik sedih dari pancaran wajahnya.
Aku.”Jaga baik-baik ya, rumahku.” Canda Aku. Bagas langsung pasang mata melotot. Sumpah. Belo.
Bagas.”Semangat, ya. Hik....Hik...”. Memelukku, erat banget. Nangis pula. Kayak mau ditinggalin soulmate saja.
Aku.*Diam* Di dalam hati. Aku telah menganggap Bagas sebagai kakakku. Kenapa?, karena usianya lebih tua. Terpaut dua tahun-an. Dia gak naek kelas 2 kali. Katanya, ingin sekelas denganku. Ih Dodol.
Di suatu tanjakkan suara mobil telah memanggil. Di kejauhan nampak mobil colt buntung alias mobil yang belakangnya kebuka. Akupun bersiap-siap naik. Dan pasang kuda-kuda eh masker (Bukan buat kegantengan ’kalo cewek kan kecantikan’, tapi dimaksudkan untuk menahan bau kambing n friend). Soalnya, angkutan buat narik manusia disatuin sama binatang (bisa ayam, bebek, yang paling ekstem adalah kambing dan embe) dijamin bau, itu loh air kencing kambing. WUO.....WUO....
Pesan : kepada para supir angkutan di kampungku, dimohon manusia jangan disamakan sama binatang. Tapi, kalo binatang disamakan sama manusia boleh. Loh...kok bisa...???

Sepanjang perjalanan. Aku nyengir. Sudah sesak dengan banyaknya penumpang. (sekedar informasi di kampungku, cuma dua kali dalam sepekan untuk pergi ke kota senin dan kamis. Kayak puasa sunat saja ya. Di hari yang lainnya gak ada kendaraan. Pun ada, kita harus naek ojeg yang ongkosnya bisa 4 kali lipat). Di mobil yang ber AG (angin gelebug), plus bau yang menyengat dari tempat duduk. Hangat, bener. Ternyata air kencing kambing. Binatang durhaka. BUSYETTT DAH....
6 jam kemudian aku sampai di kostanku...Akhirnya satu penderitaanku berakhir...

Bogor, 25 Juli-25 Agustus 2005...
Waiter dan Penyamun...

Dunia ini hanya satu kilo, namun benang kusutnya lebih dari satu ton...

Hari ini, merupakan hari pertama aku kerja di kafe. Sulit sekali untuk memastikan Aku layak menjadi pelayan tapi gak seksi. Kayaknya kata pelayan lebih ekstrem. Ya udah atas persetujuan sendiri Aku ubah menjadi pegawai deh. Ada tes ini-itu. Apalagi Aku yang keluar dari SMA dan gak ada pengalaman sama sekali. Menyisihkan pesaing-pesaing yang hebat, untung saja banyak yang memberikan sms-nya pada-ku. Mirip dengan pemilihan kontes saja. Kuakakakkkaakk...
Untung saja yang punya hidup adalah Tuhan. Atas kehendak-Nya pula, Aku dapat diterima. Dengan menyisihkan lawan-lawanku, dengan segala hormat. ‘MAAF’ ya kawan-kawan. Nasib baik lagi berpihak padaku.

Aku bekerja di kafe***** (menyebutkan nama) di Jl. Padjadjaran No.**, posisi Aku sebagai waiters. Dag-dig-dut eh dug. Semua campur aduk jadi dua. Es buah dan es jeruk. Gak nyambung cing...Semua campur jadi satu, bertimpah ruah.
Semangat iya. Kerja diusahain semaksimal mungkin, ini menjadi ajang pengcontohan buat sang boss. Kalo hari pertama saja sudah dodol. Maka, hari selanjutnya sudah di bungkus. Kan repot. Bisa-bisa diusir dan dikutuk kayak Malinkundang, Tapi yang mengutuknya boss, cowok lagi. Kan gak mecing...
Satu hari beres...Syukur
Dua hari beres...Biasa
Tiga hari beres...Mantap
Tiga puluh hari Alhamdulillah dapet gaji juga.
Gaji pertama aku Rp. 750rb/bulan, tadinya mau di tabungin. Biaya tambahan untuk kuliah dan bayar kost.
Pada suatu ketika, Aku berjalan dengan happy-nya. Tapi, pada arah berlawanan 5 orang berseragam sama denganku, memegang senjata dapur, dengan ciri-ciri :
Tinggi badan kira-kira 170 cm. Wajah Bulat, rambut cepak, hidung agak mancung membawa senjata sendok dan garpu. Aku mulai menganga.
Tinggi badan kira-kira 165 cm. Wajah oval, rambut panjang di kuncir 2, hidung agak pesek, bersayap (diketahui : taplak meja), hidung mendengus dengan senjata sisir laras panjang. Aku menganga di tambah melotot.
Tinggi badan kira-kira 173 cm. Wajah kotak, rambut gak ada, hidung besar, otot sterk, dengan senjata wajan. Aku menganga, melotos dan mengangkang.
Tinggi badan kira-kira 172 cm. Wajah lonjong, mata sipit, kumis tebal, tanpa senjata. Aku mulai menghela napas pendek.
Tinggi badan kira-kira 168 cm. Wajah oval, berkerudung, gendut dengan senjata cocolek (alat buat masak). Aku mulai berlali kecil.
Mereka semakin mendekat. Mendekat. Aku menyerah. keroyolan bo...
Terkepung. TIDAK..........
Untuk lebih jelasnya Aku akan memperkenalkan dengan rinci. Mereka adalah seniorku di kafe****, berikut nama dan identitas diri masing-masing pelaku :
Jatmiko Kusumo (Miko), Usia 25 tahunan, status mahasiswa jurusan komunikasi, asal Magelang, agama Islam, cita-cita ingin menjadi pengusaha yang sukses.
Christin Natalia (Chris), 23 tahun 2 hari, status mahasiswa jurusan HI (Hotel Indonesia eh Hubungan Internasional, cing), asal Bandung , agama Katolik, cita-cita menjadi pramugari.
Bima Sakti Gumilang (Bima), usia 27 tahun, status nikah (laku juga bang), agama Islam, asal kota Bogor, cita-cita menciptakan generasi yang baik (membimbing anak-anaknya ke jalan yang benar).
Genta Permana (Giant), Usia 26 tahun, status jomblo, asal Manado, agama Katolik, cita-cita ingin cepat nikah.
Sri Mulyani Gumilang (Sri), Usia 25 tahun, status Nikah (Istri Bima Gumilang), asal Surabaya, cita-cita berbakti pada suami, bangsa dan negara.

Seperti sebuah undang-undang yang berlaku dalam kafe kita bekerja, setiap anak baru diwajibkan mentraktir dengan gaji pertamanya. Dengan pasang aksi gemulaiku. Pasrah. Menyerah. UNTUNG TAK DAPAT DIRAIH, DERITA-PUN TAK DAPAT DITOLAK.....

Oke d’ friends.......
Merekapun pasang kuda-kuda kelaperan....Ambil posisi strategis...
Merekapun dengan kompaknya mengatakan “Laper. Laper. Laper”. Mirip paduan suara 17 Agustus-an. Hasrat bergejolak untuk makan. GRATIS..
Pesanan pertama : Nasi tim (tim sepakbola, tim basket, tim volly), 6 porsi. Terdiri dari, Nasi, ayam, 1 jeruk dan satu gelas teh manis = 9 X 9000 = 81.000. Cekukkkkk......

10 menit kemudian....
Sri yang lagi ngidam. Tapi menurut kabar yang beredar di dunia (gossip antar pegawai kafe). Dia gak ngidam, tapi doyan. Dia dengan memasang wajah memelas minta dijajanin LAGI bakso. YO OMPON...Aku yang gak tegaan terpaksa membelikannya. CATET. Bukannya Sri doang yang pasang memelas, Miko, Chris, Bima dan Giant pun dengan kompak memasang wajah memilukan. DASAL DODOL GARUT...
Catet lagi ah..bakso : Bakso 6 X 6000 = 36.000
Jadi, total 81.000 + 36.000= Rp. 117.000,00
Di sebuah warung yang ternyata tertulis di depannya “WARUNG BI EHA”, terjadi obloran yang hangat dan cukup menyedihkan...
Giant.”Kok, gw gak kenyang mulu.” Mulutnya sibuk mengunyah bakso.
Chris.”Emang sih... badan lo kan nyaingin gajah.”.*Yang disindir malah nyengir kuda*
Sri. *malah i-indiaan, romantis menyeka keringat suaminya, Bima*. So...Sweet, bikin yang lihat ngiler...
Sedangkang Aku dan Miko asyik memainkan botol saus. Lomba foto terpanas.
HOT !!!.
Dari kejauhan, sebuah mobil INNOVA ber-nopol F. ***** HD, melaju dengan lambat. Dan. Berhenti tepat di depan wajahku. Seorang wanita berjilbab keluar. Aku melongo sejenak, dan menunduk..Soalnya kakiku diinjek Miko. BUSYEEEEET....Mik, kira-kira dong kalo nginjak. Jangan samakan kaki dengan balok.

*LAGU SOUNTRACK-NYA TAKDIR-ROSSA*
Ku tutup mataku, dari semua pandanganku..
Bila ku melihat wajahmu..
Ku yakin ada cinta...STOP !!! Beli saja kasetnya kalo mau tuntas. Tapi, jangan yang bajakan yah....

Tatapannya tajam. Setajam pedang, yang siap mengujamkan nadi. Di tangan kananya tongkat dengan warna hitam pekat....Dia buta. MASYA ALLAH.....
Terdengar wanita itu dengan nada suaranya yang halus :
Wanita itu.” Bi Eha, minta air botol dua.” Jari-jemarinya memainkan dengan apik. Merogok dari tasnya. Disodorkannya uang pecahan bergambar Tuanku Imam Bonjol.
Bi Eha.”Ini neng,”. Bi Eha dengan cepat memberikan sebotol air.
Wanita itu.”Makasih ya, bi.”. Bug...Di tutupnya, pintu mobil dan pergi.
Tatapan Aku masih mengiringi kepergiannya.

INIKAH YANG DINAMAKAN JATUH CINTA...
FIRST LOVE...Beneran (Biasanya, Aku cinta monyet : padahal aku bukan monyet lho. Gak tahu kalo monyet yang mirip sama aku)
“Woi....”. Suara keras membuyarkan lamunanku. Dasar Miko gak rela saja kalo temannya seneng.
Hari ini berakhir dengan teka-teki. Tadinya Aku nanya ke bi Eha siapa gadis itu. Dia bilang gak tahu.
Terjadi percakapan sengit antara Aku dan Bi Eha :
Aku.”Bi siapa, wanita tadi namanya?.” Aku semakin penasaran.
Bi Eha.” Maaf, bi Eha bukan pengasuhnya.” Belaga gak tahu. Padahal. Bener gak tahu.
Aku.” Masa, langganan gak tahu.”.*Aku mulai kesel. Ngiri kali bi Eha. Dia berpikir, kenapa wanita itu yang ditanyain, Bi Eha kan janda. Kenapa gak sekali-kali godain Bi Eha*. Maaf ya bi, Aku masih bujang.
Bi Eha.” Emangnya Bi Eha pembawa acara gosiiip, suka ngotak-ngatik.”. Huss..
Akhirnya. Aku dan ‘penyamun’ gajiku alias teman-temanku, berakhir dengan puas. Bagi yang di traktir tentunya. Bagi Aku. BOBOL....
Haripun berganti.....

Bogor, 27 Agustus 2005...
First Love...

Aku akan mencintaimu dalam bulan Agustus dengan cinta yang pernah kuberikan pada bulan???......Sejak dulu begitulah cinta (kayak Cu Fat Kei saja ya, adik seperguruan Sun Go Kong).

Jam di dinding berputar, berputar, berputar dan tepat 24.00 WIB.
Malam ini langit terasa dingin menggigit. Langit nampak mendung.
Tak ada cahaya yang menintip manja dari balik tirai kamarku.
10 menit kemudian.....
BIYUUUURRRR..... Hujan deras. Sesekali diiringi petir.
Ya..Tuhan....
Inikah yang dinamakan jatuh cinta....?.
Senang. Sudah dua hari ini Aku gak nafsu makan, minum, tapi kalo ngemil masih bisa dipaksakan. He...He....
Satu bulan...
Dua bulan...
Tiga bulan...
Empat bulat GET OUT...

Bogor, 3 Desember 2005...
Trageti PHK dan 1 harapan...

Berawal dari mulut turun ke lambung, terus turun ke*****...(gak usah diterusin terlalu vulgar).
Disini ada cinta, cerita indah dan bermakna...

Pada suatu sore, kira-kira jam 15.47 WIB.
Di DPR (di bawah pohon rindang), dekat mesjid raya Bogor. Sesosok wajah yang ku kenal. Di balik jilbab putih itu, wajah yang mirip dengan foto yang ada dalam dompetku. Mungkinkah sosok itu sungguh ibuku?. Aku yang selalu bermunajat kepada-Nya, meminta suatu hari Aku dapat memeluknya, walau hanya sekejap mata. Aku melihat dengan penuh tanda tanya. Dia telihat mesra dengan seorang pria yang gagah di sampingnya, kayaknya suaminya. Di antara mereka anak mungil kira-kira berusia 6 tahun. Benarkah itu ibu, atau hanya orang lain yang mirip dengan ibu. Ah...Aku semakin penasaran.

Aku terkesima, saat tiba-tiba seseorang menepak lembut pundaku. Dan...Ibu itu, kini berada di sampingku.

Ibu itu.”Kenapa dek.” Senyumnya yang hangat membuatku tenang.
Aku.”gak da pa-pa kok, Bu.” Aku masih setengah heran.*Dari kejauhan seorang anak memenggilnya*.”Mama..”. suaranya manja.
Aku.” Hallo..adek.” Adek itu terlihat senyum simpul. Aku merasa senyuman itu?. Aku mengenalnya. Setiap hari Aku selalu bercermin. Ah...Senyum itu mirip Aku. Apakah Aku memaksakan untuk menyamakannya?.
Ibu itu.” Adek kayaknya kebingungan ?.”. Terlihat dari lesung pipinya keheranan.
Aku.”Gak. Aku, lagi mencari pekerjaan ?.”. Aku berusaha untuk tidak gugup. Tarik napas. Tarik napas. HUHHHHHHHHH.....Tenang.
Ibu itu.” Kamu orang sini ?.”. Tanya ibu singkat.
Aku.”Bukan. Aku dari Cianjur. Ibu ?.”. Jawabku mantap.
Ibu itu.” Depok. Cianjur ?, daerah mana yach.?.”. Tampak wajah ibu itu keheranan.
Aku.”Daerah.....”. Suaraku terpotong. Ketika seorang bapak memanggil dia dan anaknya. “Bu. Udah sore kita pulang.”.
Ibu itu memainkan jari-jemarinya dengan cepat. Diraihnya sebuah kartu nama. Dia-pun bergegas pergi. Berlalu.

Aku masih berdiri tegap, kayak patung yang mati.
Sementara mobil yang di kemudikan ibu itu, telah lenyap. Menyatu dengan mobil yang lainnya. Membuat suatu barisan yang wajib di patuhi. Lalu lintas.

Desember kelabu, harusnya kan ceria...
Tragis berujung tanya...
TRAGIS...
Awal bulan desember, Aku dihadiahi oleh boss sebuah kado yang sangat istimewa. Sulit untuk menolaknya. Akupun dengan haru menerimanya. Hadiah itu berupa PHK. Empat kali lagi. PHK. PHK. PHK. PHK....Udah jangan berlebihan.
Suatu percakapan kami di meja sang Boss.
Sang Boss.”Lang. Kamu saya rumahkan.”. Bapak dengan senyum agak sinis (wajahnya mirip temen Aku siNisa). Minggu-minggu sebelum pemecatan, dia sering mendelik padaku. Matanya mau keluar. Belo. Di tambah badannya yang subur banget. Cocok dah kalo ikutan sumo. Eits....

INVESTIGASI.....
Kadang si boss marah-marah tanpa sebab. Suaranya lantang kayak demo di tugu Kujang. Teriak-teriak di siang bolong. Sampai di telisik lebih mendasar. Usut punya usut. Dari ujung kulon sampai ujung wetan. Aku dapat menarik sebuah kesimpulannya.
Dia jeleous, isteri sang boss sering main mata denganku, padahal dengan teman-teman dan pelanggan juga sering (baca: main mata disini diartikan berbicara). Aku ganteng juga kali ya. Disukai juga sama wanita beristri, disamping itu juga sama tetangga kostan. Karena mereka suka nebeng minta sabun mandi (dasar gak modal banget), terus teman-temanku di kafe, gak tahu karena suka ditraktir kali ye....
Emang susah punya muka ganteng. Banyak yang suka. Jadi pengen muntah sendiri......
Salah duanya, yaitu ketika Aku dan Miko berbicara dengan istri boss tentang pesanan yang diberi comment sama pelanggan. Di dalam minumannya, ada kotoran mickey mouse (nakal juga ni kartun favoritku). Jelas saja mengundang amarah sula. Sang pelanggan berbicara kotor (tempat sampah, wc umum, dan nama-nama binatang. Seperti ayam, kambing, dan konco-konconya).
Terjadi bersi tegang (debat yang sengit, untung saja gak saling lempar bom) antara pelanggan dan istri boss :
Pelanggan.” Mana bos kalian ?”. Matanya sudah melek dan merem sebelah. Kelilipan kali.
Istri boss.” Ada apa, Bu ?.”. Istri boss mendekati Aku dan si pelanggan.
pelanggan.”Ada kotoran tikus, di dalam minumanku.”. Bertolak pinggang.
Istri boss.” maaf, Bu. Kami akan ganti.”
Pelanggan.” Gak usah. Udah gak nafsu lagi.”. Bilang saja, kalo mau gratisan. Hatiku berbicara.
Istri boss.” Sekali lagi maaf.”
Pelanggan.”Sekali lagi, dua kali lagi, tiga kali lagi. Saya gak kan kesini lagi.”. Nyosor pergi dengan tanpa ada rasa dosa. Bilang saja mau nyari korban berikutnya. Hus....
Istri boss-pun pergi dan memanggil Aku.
Aku langsung disidang dan dihakimi. Istri boss meraih hp-nya dengan kesal. HHHHEEEHHHH....
Perasaanku gak enak. Bener. Panas dingin (Panas karena sekarang musim kemarau dan dingin karena di ruangan boss pake AC). Istri boss memanggil sang suami. Hari itu juga dengan tidak senang hati Aku dirumahkan. TIDAK. TIDAK. Padahal. IYA. IYA. Akupun tanpa menunggu panjang, lebar dan tinggi. Langsung get out, dengan peerasaan bertanya-tanya.
“Kenapa tuh kotoran mickey mouse ada di minuman.” Aku herman lagi eh heran.
Dua kali lagi Aku mengalami tragis eh mengharukan. Teman-temanku dengan rasa iba..Tapi, perasaanku berkata sedih gak ada yang mentraktir mereka lagi. Hiks..

Kamipun berpelukan satu-persatu. Kecuali Chris dan Sri mereka-kan cewek (bukan mukhrim). Salam perpisahan. Tank U very much friend....for all .
Pokoknya, mulai dari dukungan sambil teriak-teriak “semangat” dan untuk do’anya juga. Engkau akan menghiasi diary-ku. Muuuuuuaaaaaahhhhh....

Bogor, 6 Desember 2005...
The story of ‘kostan’...

Jika kau menangis dalam kesalahan, berarti kau telah menemukan sebuah kebenaran...

Ruangan petak 4X4 meter, disulap menjadi ruangan yang nyaman dan bersih. ANNA DOFATU MINAL IMAN (sesungguhnya kebersihan sebagian daripada iman). Dibalut dengan warna biru. Kamar yang minimalis banget. Di dalam kamar terdiri dari :
1. Kasur 1X3 meter
2. Tikar ukuran 2X4 meter
3. Satu lemari pakaian
4. Meja belajar teman curhatku
5. Beberapa buku bacaan
6. Beberapa perabotan n friend
7. Satu unit komputer
Kotak ajaib ini (baca : komputer) merupakan warisan dari temen sekamarku dulu. Dia bernama. Fernandus Stephanus (Enand), dia berasal dari NTB. Tepatnya gak tahu. Dia alumnus sebuah perguruan tinggi negeri di Bogor jurusan Teknologi Pangan dan Gizi (TPG). Dia beragama Protestan. Ciri-cirinya : Wajahnya bulat, rambutnya kribo, kulitnya coklat tua, fisiknya agak gendut. Dia ngotot tubuhnya mirip dengan Edo Kondologit. Tapi, menurutku yang mirip cuma ??? Hi..
Enand termasuk kategori tegas, supel, baik, taat beragama. Terbukti hampir setiap minggu dia pergi ke gereja. Sesekali Aku ikut, dia beribadat Aku lari-lari kecil (Jogging) di sekitar lapangan gereja.

Pada suatu malam, tepatnya malam bulan purnama. Rumput masih bergoyang, dan haripun masih tujuh dalam seminggu, kecuali kalo bulan ada yang 29, 30, 31. Ah...Sudikah......
Kalo melihat komputer masih terngiang ucapannya Enand.

Pada dahulu kala, kayak legenda aja...
terjadi oblolan yang mengharukan....Antara Enand dan Aku :
Enand.” gw sedih banget kita harus berpisah, besok gw cabut ke NTB.”. Tangannya sibuk membereskan barang-barangnya.
Aku.”Sama..”. Mataku mematap kosong. Betul. Tak ada lagi kakak angkatku.
Enand.” Komputer, gw tinggalin. Pake aja.”. Bener bang !!!, gumamku dalam hati. Sekali lagi ah untuk meyakinkan dan tak salah dengar.
Aku.”Bener, bang?.”. Mataku kegirangan. Andai saja gak ada abang aku sudah loncat kegirangan. Mirip loncat-loncat cacing kepanasan, di musim kemarau.
Susah mengilustrasikan orang senang. Pokonya. Seneng. Apalagi dari baheula (dulu), Aku ingin komputer. Buat nyalurin hasratku. Hasrat yang terpendam. Menulis. Jadi agendaku sekarang di komputer. Mimpi apa Aku semalam. Durian jatuh. Manggapun jatuh. Pepayapun ikut jatuh. Jadi, jatuh bangun. Gak bangun-bangun jangan.
Untuk yang terakhirnya kami berpelukaan. Mirip Tingky Winky dan Dipsi. Oh...SO SWEET.
‘SIAPA YANG AKU GIGIT GELASNYA, DIA ADALAH SAHABATKU’, DAN SIAPA YANG SAYA BUANG GELASNYA, BERARTI SAYA LAGI KEPEPET.’

Bogor, 24 Desember 2005...
Deal Or no Deal...

BTW...
Jam, 21.34 WIB
Tubuhku terletang lepas. Meremajakan badan.
Sudah sepekan Aku menjadi pengangguran.
Aku belum mendapatkan pekerjaan lagi.

Aku masih teringat senyuman alm. bapak. Sudah hampir satu semester (gayanya kayak kuliah aja) Aku belum mendapatkan informasi keberadaan ibuku. Dimanakan kau berada?.Ibuku...Ibuku...
Yups...Cring...
Aku teringat dengan kartu nama itu. Siapa tahu Aku dapat pekerjaan.
Aku melihat dengan seksama alamat yang tertera di kartu nama.

SITI HUMAIRAH
JL. RAYA GEMINI NO.** DEPOK *****
TELP./FAK : (021) ******/*******
E-MAIL : ****_******@yahoo.co.id
Yes....Aku dapat satu secercah harapan. Akupun membuka tabunganku. Celengan ayam, Aku hajar dengan nafsu semangat. Ku itung-itung...
Warisan Rp. 500.000 (belum tersentuh) + gaji waktu SMA Rp. 250.000 (yang tersisa) + Gaji kerja di kafe (4 bulan X 750.000 - pengeluaran’ traktir, bayar kostan, dan makan) = Rp.1.775.000
Wuih...Dikit banget.
Aku meraih hp-ku, jari-jemariku mengetik dengan apiknya. Takut ada kata yangg kurang berkenan. Sebuah sms Aku tujukan buat ibu Siti humairah.
Isi sms-ku :
‘Asslkm. Ibu Siti pa kbr?. Ni Gilang. Wkt tu qt ktmu di masjid Raya. Masih ngat g ?’
Jawab ibu Siti Humairah :
‘Wasslm. Oia, msih ngat. Knp dek ?, ibu baek. Adek gmn ?’
Isi sms-ku :
‘Alhmd. Ibu, jd g enak. Aku kmrin di PHK. Jd, Aku mencari kerja, mf bu ?’
Jawab ibu Siti Humairah :
‘Oh..gpp. Gini z, kamu mw g ngurus anakku?, utk smntr z, ntar klo dah da, kmu ibu pndhin krjx, gmn ?’.

Maksud ibu Aku jadi baby sitter gituh. OMG...PLEASE..DEH..BU..

Isi sma-ku :
‘Ok. eh insya Allah bu. Aku besok ksn ?’
Jawab ibu Siti Humairah :
‘Bagus, kerjanya Cuma ngurus anakku z, yg lainnya da yg ngrjain. Kamu ibu gaji Rp. 250.000/bln, itu brsih mkn dh di tanggung m ibu’.

Heh. Rp 250.000, Aku melongo. Wah Aku semakin kagum sama pembokat-pembokat. Walau hanya di gaji sedikit, semangatnya seharga Rp. 500.000 bahkan lebih. ACUNGI JEMPOL BUAT PEMBANTU-PEMBANTU. SALUT !!!





Bogor, 25 Desember 2005-Depok, 25 Januari 2006...
Baby sitter oh...Baby sitter

Hidup itu seperti estapet perjalanan, siapa yang telah mencapai finish...Maka kematianpun diraih.
Hari ini, Aku harus bangun pagi-pagi. Mengadakan sebuah perjuangan hidup. Mencari pengalaman. Untuk menjadi bijaksana. Jika kau lihat sebuah rentetan perjuangan dengan santai....Kau meraih sebuah kepuasan. BERSYUKUR.

Dari Bogor, Aku naik bis ‘Doa Ibu’ langgananku. Perjalanan ke ‘Kampung Rambutan’ tak memakan waktu lama. Cukup satu setengah jam saja. Aku, bergegas menaiki metromini. Hari semakin siang, menyengat membara. Membakar sukma menggelora jiwa. (Nyambung gak sih).

Ya Tuhan, sesak sekali kendaraan. Udara kotor di paksa mentah-mentah untuk di hirup. Huh...
Lampu merah perempatan pertama menyala.
Semua kendaraan harus berhenti. Tak peduli bemo, motor, mobil. Jenis kendaraan dengan merk dan harga berapa. Tak ada kata menawar.
Tak ada yang dapat mengelak dari lambu lalu lintas. Siapa yang melanggar. Peluit dari seorang pahlawan ’polisi’ di sudut jalan siap menghadang. Priiiiitttt.....

Lampu merah perempatan kedua menyala. Aku bersiap-siap turun. Halte bis terlihat. STOP.....Kau mencuri hatiku.....

Aku bergegas, menaiki angkot .

1 jam kemudian...
Tak terasa sudah nyampe juga. Lelah.
Ting..teng..(suara apa coba, betul : BEL).
* SOUNTRACK-NYA KETIKA CINTA BERTASBIH -MELLY G. FEAT. AMEE*
Bertuturlah cinta...
Mengucap satu makna...
Seindah tulisan sabdamu dalam kitabku...
Cinta yang bertasbih...dsb.
Aduh lupa.....Lagu baru sih...

Di Balik pintu, terlihat wajah ibu Siti Humairah.
Percakapan singkat antara Aku dan Ibu Siti :
Ibu Siti.” Susah nyarinya.?.”. Wajah sumringah, nampak dari dahinya.
Aku.”Gak.”.Jawabku singkat. Padat. Dan jelas.
Ibu Siti.”Masuk, ayo. Jangan sungkan-sungkan.”. Ya, sungkan bu. Aku pembantu Ibu majikan. Bumi beserta isinya. maksud lho??
Aku.” Iya, bu.”. Sesuai jawaban yang diwajibkan pas ujian. Singkat, padat dan jelas lagi.
Aku pun diantar Ibu Siti ke kamar pembantu. Disana telah ada pembantu n friend. Dua orang. Aku disuruh istirahat sejenak.
30 menit kemudian....
Ibu mendata agenda pekerjaanku sebagai baby sitter. Yaitu :
Sebelum jam 05.00 Aku harus sudah mecing alias dandan.
Pagi, jam 05.30 membangunkan ade
Jam. 06.45-06.15 memandikan dan mengkafani eh mendandani ade
Jam 06.15 menyuapi ade, heh sekolah SD masih disuapin.
Jam 06.30 mengantarkan ade ke sekolah
Jam 07.00-13.00 menemani dan menunggu ade di sekolah (untuk yang beragama Islam sekalian sholat).
Setelah pulang dari sekolah kegiatannya, antara lain :
Jam 13.30-14.00 tidur siang
Jam 14.00-14.15 mandi sore
Jam 14.15-14.30 makan sore, ngekor alias Aku suapin dia, sama suapin diri sendiri
Jam 14.30-15.30 bermain keliling komplek
Jam 15.30-17.00 nonton film kartun (mengawasi sambil sembahyang)
Jam 17.00-18.00 mengaji (guru lesnya dateng ke rumah)
Jam 18.00-19.00 belajar
Jam 19.00-20.00 berkumpul bersama keluarga
Jam 20.00-05.00 tidur.

Oalah...Mana waktu buatku. Kalo gini terus, sisa hidupku hanya untuk ngurus orang lain. Kapan intropeksi diri..Cie...bijak banget.
Oia...yang biasa di pangil ade, anak ibu Siti namanya : Aditya Surahman Rifa’i, usia tujuh tahun, dengan ciri-ciri, wajah oval, kulit sawo mateng, hidung pesek, senyum (seperti yang sudah dikatakan mirip denganku).

Hari pertama kerja sebagai baby sitter.
Waduh kamar Si Adit bau pesing. Lebih parah deh dari pesingnya kambing (yang belom percaya coba deh). Di bangunin nendang-nendang. Pembantu juga manusia Adit. Punya rasa dan tak punya hati.
Atas nama Persatuan Pembantu Indonesia (PPI), maka hargailah dan hormatilah kami. MERDEKA.....
Perseturuan (agak ekstrem banget ya..), diganti jadi balada Gilang dan Adit di kamar tidur :
Aku.”Ade, bangun sayang. Ayo pinter.” Jurus andalanku dikerahkan mati-matian. Akhirnya dengan super memelas Adit bangun. Ku gendonng. Lalu, Aku mandikan. Gosok-gosok Didandanin. Di bedakin. DE ES BE. PUSING. BERAT JUGA JADI AYAH. Ngarep....
Temenku sesama pembantu bagian perdapuran telah menyiapkan nasi buat sarapan.
Am....Am..Ni anak udah gede masih di suapin.

Oia..kenalin pembantu bagian perdapuran dan perumahan (baca : beres-beres) namanya Ijah (kayaknya dari dulu nama Ijah jadi pembantu mulu), dia asal Cibinong. Dan Satu lagi pembantu bagian permobilan (baca : sopir) namanya Ujang. Pasti udah pada tahu dia dari Medan. HUUUUUHHHH. Sukabumi. Masa ada ujang Siahaan. Gak mecing.

Jam menunjukkan 06.25 WIB, masih ada waktu lima menit untuk istirahat...
Di balik pintu kamar, nampak Ibu Siti dengan seragam dasternya, melirik ke arahku.
Ibu Siti.”Udah siap ?.”. Ibu Siti bertanya padaku. Duh...
Aku.” Siap, Bu.”. Ibu Siti memberikan uang pecahan bergambar Pattimura eh I Gusti Panjaitan (pasti tahu, duit gitu loh) kepadaku.
Ibu Siti.”Buat jajan Adit.”. Aduhhh..kirain buat beli pulza.
Setelah itu Aku, Adit dan M.Ujang, kami bergegas pergi sudah waktunya mengantar Adit sekolah.
Wui.....Naik SEDAN. Gini nih, kalo gembel naek kelas. Naik mobil mewah kikuk. Untung saja Aku gak teriak-teriak. Entar dikira kesurupan. NORAK.

30 menit berlalu kami sampe juga di sekolah Adit. YA TUHAN....Sekolahnya gede banget. Padahal SD. Pasti bayarannya mahal. ELIT sih. (kalo buat aku elit tuh kependekan dari Ekonomi suLit).
Aku duduk di tempat menunggu anak sekolah. Disana terdapat berpuluh-puluh baby sitter. Ya ampiun....coba aja ada organisasi tentang perkumpulan baby sitter se-Indonesia. SERU....
Catet sodara-sodara baby sitter-nya semua cewek. Cuma ada satu yang cowok, Aku.

Terjadi kronologis antara Aku dan 2 orang baby sitter :
Baby sitter 1 : “Lagi nunggu, ade ya Mas ?.”. Aku menelan ludah..Nyengir. Boong gak ya, Tapi ????
Aku.” gak eh iya....”. *garuk-garuk kepala*. Kikuk.
Baby sitter 2 : “Ih biasa aja Mas. Baik banget deh, jarang lo Mas ada kakak yang jemput kesini, cowok lagi.”. Bilang saja terung terang Bab (baby sitter) kamu suka ma Aku. Kesengsem. Kepinsut. Kesima dll.
Aku.”Ya, Baby sitter-nya lagi mudik.”. Mau muntah Aku. Padahal baby sitter its me.

Pesan moral : adegan ini jangan ditiru, butuh latihan secara profesional.

Pemain pendukung, memperkenalkan :
Baby sitter 1 : Ngatiyem, usia kira-kira 21 tahun, asal Jombang, pendidikan SD.
Baby sitter 2 : Rukoyah (oyah), usia kira-kira 17 tahun, asal Cianjur (wow...tetangga Aku), pendidikan SD.
Hampir seharian kami bertiga Aku, Ngatiyem dan Oyah ngobrol ngalor-ngidul (kesana- kemari gak jelas), ujung-ujungnya mereka kesengsem ma Aku. Bener juga perkiraan Aku. Emang susah ya, punya muka ganteng. Banyak yang suka, sesama baby sitter saja berebut. Yang mau muntah silahkan Aku sudah muntah duluan kok...

Kayaknya ini jadi salah satu inspirasi Aku. Buat judul tulisan “ Antara Aku dan 2 Baby sitter”. DUA !!!!!. Aku juga kan baby sitter. Diralat “ CINTA SEGITIGA 3 BABY SITTER” Kukakkaaakk.....
Tak terasa suara adzan berkumandang. Aku berpamitan pada Ngatiyem dan Oyah. Aku khawatir meninggalkan mereka. Takut jambak sana-jambak sini pasti seru..Don’t try at home..

Aku serahkan jiwa raga pada bangunan megah ini. Tempat suci yang mengelu-elukan Tuhannya. Masjid. Tempat dimana kita merasa damai. Merasa sama dihadapan Tuhan. Tak ada si kaya dan si miskin. Pejabat dan pemijat. Politikus dan polisi. Guru dan buruh. Yang membedakan posisi kita adalah ketaqwaan. Semua bergumul menjadi satu bermunajat pada Tuhannya.
Setelah sholat aku tiduran.hek...hekkk....

OMG...Aku ketiduran, jam 13.05 WIB. Syukurlah Adit belum keluar. Aku menunggu..Menunggu..Dan menunggu...Aku menunggumu (SOUNTRACK MENUNGGUMU - PETERPAN).

Ni anak gak nonghol-nonghol.
Aku mulai panik. Bolak-balik. Bolak balik. belum mateng juga eh dateng juga.
Akhirnya...tuch anak nonghol juga, dia bersama seorang wanita. Aku pikir gurunya.
Gurunya Adit. “Mas, nunggu lama ya.?.” Guru Adit merasa heran.
Aku.” Lumayan, Bu.” Kayaknya perasaan mulai gak enak.
Gurunya Adit.”Dari tadi udah keluar, Mas masuk saja ke dalem.”. Hehhh..Jadi sudah dari tadi. Telat. Harap maklum, Bu. Baby sitter baru..Hi....
Tanganku meraih Adit, disana batang hidup M. Ujang sudah nampak. Hidungnya mengendus keluar asap. Kayak matador....Lebay.

Kami-pun pulang.
Sesampai di rumah Aku menidurkan Adit. Sudah waktunya bobo siang.
Aku-pun istirahat makan, bersama pembokat lainnya M. Ujang dan Bi Ijah.
Sebuah percakapan-pun tak dapat dihindarkan :
Bi Ijah.”Hari pertama kerja lancar ?”. Bi Ijah memulai percakapan.
Aku.*sibuk makan* dalam kamusku kalo makan sambil ngomong gak boleh, tapi kalo ngomong sambil makan boleh*. Apa bedanya coba....
M. Ujang.”woi...ditanya kok diem punya mulut gak ?.”. Sudah tahu Aku gak punya mulut, kan lagi dipake, jadi gak ada cadangan ya...Sorry.
Akupun menyudahi makan.
Aku.”Maaf bukan gak denger, tapi lagi makan. Kerjaan lumayan sukses.”. Gimana puas. JELAS.

Setelah istirahat Aku sibuk, mandiin, nemenin maen, nyuapin makan DE ES BE.
Aku heran kemana Ibu Siti. Seharian gak lihat batang hidunnya, apalagi daunnya.
Setelah di telisik secara Up 2 date, ternyata kesehariaanya mendampingi suaminya di kantor. Sekarang dia di kantor mengganti suaminya Apalagi menurut kabar yang beredar dari Bi. Ijah suaminya lagi menemui klien-nya ke luar kota. Jadi jarang pulang. So what...
Aduh...tadinya Aku kesini menjadi baby sitter mau investigasi keberadaan ibuku. Tapi...????

Hari sudah malam. Adit sudah tertidur lelap.
Suara klakson terdekar di luar. Pasti Ibu Siti. Aku mau nyoba ah, acting kayak pembantu di tv membuka pintu gerbang. Padahal sodara-sodara ini bukan acting. Kan Aku pembantu beneran...Lupa. Kacang lupa pada kulitnya...
Bener. Ibu nonghol dari balik pintu. Kusut. Kecapek-an.
Dia langsung ke kamarnya. Dan Aku ke kamarku. Ku lihat lukisan angka di kamarku. KAGET. 25 Desember....Aku langsung meraih hp-ku . Mengetik dengan riang gembira. Sent to message. SUCCESS !!!!. Hari ini, temen di kafeku Chris dan Giant serta temen sekamar kostanku dulu Enand merayakan Natal.

Isi pesanku buat Chris.” Halo...mt Natal. mg lebih baik dari sebelumnya, lebih bijaksana, dewasa dan meraih apa yang dicita-citakan. Amin”.

Isi pesanku buat Giant.” Halo...mt Natal. mg lebih baik dari sebelumnya, lebih bijaksana, dewasa dan meraih apa yang dicita-citakan. Amin”.

Isi pesanku buat Enand.” Halo...mt Natal. mg lebih baik dari sebelumnya, lebih bijaksana, dewasa dan meraih apa yang dicita-citakan. Amin”.

5 menit kemudian, sebuah pesan mendarat di hp-ku :

Pesan dari Chris.” Mksh bngt. kmu dmn skrg?. mw kue Natal g?. qt lg ngumpul nih.”
Aku.”.Mw dong. kirim via message z, skrg ku lg di depok.”
Pesan dari Chris.”he....ngapain. kerja.?”.
Aku.”. ya...mt bhgia z, slm ma nak2.”
Pesan ari Chris.”Oks. mt kerja z. mt mlm.”

10 menit kemudian. Aku nunggu sms dari Giant, tapi gak ada dasar pelit.

15 menit kemudian, pesan dateng dari Enand :
Pesan dari Enand.” Mksh dek. gmn kmu dh kul blom ? gw gi ngumpul2 ma klrg. mw g, kue natal?.”
Aku.”mw dong. kul blom bang. gi nyari dulu duitnya. Susah. Slm ma klrg dsna.”
Pesan dari Enand.”Oh..kerja pa skrg?, dsn z krj-an mw g?.oh slm jg dr klrg dsni.”
Aku.”Entr deh, klo dh mentok dsn. Aku mw krj dsna. mksh ya bang.”
Pesan dari Enand.”C U, mt mlm. mg mimpi indah.”

Hari sudah malam buta. Akupun terlelap.
Seperti itulah kerja Aku..
Satu minggu lelah...
Dua minggu biasa...
Tiga minggu terbiasa
Empat minggu...Alhamdulillah gaji pertama ku jadi pembantu...
Aku Cuma bertahan satu bulan saja. Terlalu berat buatku kerja sebagai baby sitter. Aku sudah ngomong sama Ibu Siti. Aku mau berhenti kerja. Ibu maklum karena alasanku kuat. (Sekuat pasak pada tiang).
Pada malam satu syuro terjadi permohonan Aku kepada Ibu SITI Humairah :
Aku.”Maaf Bu sebelumnya.”. Aku minta maaf, padahal lebaran masih lama lagi.
Ibu Siti.” Da pa, dek?.” Dengan nada yang datar. Kurang setengah minnor.
Aku.”Aku mau berhenti kerja Bu, Aku Isnya Allah mau kuliah di Bogor.”*Kuliah memang sudah ada rencana, tapi untuk sekarang gak dulu. Bukan kenapa belum ada biaya. Tapi ini jurus andalan layak diterima.
Ibu Siti.”Oh..Gak pa-pa. Seneng Ibu. Kamu terus terang. Ya Sudah kapan kamu pulang?.*Wajah Ibu Siti sekarang pas. Setengah minnor-nya dapet.*
Aku.”besok.”. Lagi-lagi singkat, padat dan jelas. Aku menunduk. dikabulkan. Nggak. Dikabulkan. Nggak.
Ibu.”ya udah. Siap-siap kamu. bereskan barang kamu.”. YES.........

Malamnya, tangan kasarku sibuk dengan membereskan baju. Bi Ijah dan M. Ujang serius melihatku. Di wajahnya, terpancar sedih atau gembira. Aku gak tahu karena Aku bukan peramal. Yang membaca garis wajah..
Malam perpisahan ini Aku memperlihatkan sebuah foto Ibuku. Mereka terkaget-kaget.
M. Ujang.”Ibumu, mirip Bu Siti Humairah.”. Matanya masih memperhatikan foto Ibuku.
Bi Ijah.”Bener. Ni Ibu. kenapa kamu gak ngomong.”
Aku.*masih diem, pura-pura gak denger*.
Aku.”Bukan begitu. Aku takut dia bukan ibuku. Entar salah faham sama suaminya.”
Bi Ijah dan M. Ujang.*Kompak. Manggut-manggut*.

Kamipun tidur bersama. Terlelap.

Jam 05.00 pagi Aku masih membantu Adit untuk pergi ke sekolah. SIBUK mengurus. Setelah semua selesai Aku berpamitan kepada Ibu.
Tak lupa kepada Bi Ijah kamipun berpelukkan, dia sudah ku anggap sebagai ibu angkatku.
Mobil-pun melesat. Untuk yang terakhir Aku mengantarkan Adit ke sekolah. Adit merangkul badanku, butiran lembut terlihat di bola matanya. Da..dah....Kakak.!! Dia-pun masuk kelas. Sebulan terakhir, karakter Adit mulai berubah. Sekarang dia makan sendiri, mandi sendiri (masih dalam pengawasan), tidur udah sendiri (biasanya di kasih dongeng, sekarang baca sendiri), dan gak ngompol lagi. Berkurang manjanya. Jangan lupa sholat ya, Dit. Aku mau jadi kakakmu, tapi kamu mau gak jadi adikku. Ngarep....
Kini tinggal M. Ujang dan Aku. Kami-pun berpelukkan, sebulan dengannya. Tak akan kulupakkan. Terukir dalam sanubari. Selamat berjuang sahabatku. Bi Ijah dan M. Ujang.
Bogor, 26 Januari 2006...
Reuni-an...

HAPPY NEW YEAR. Kepada teman-temanku (Chris dan Giant yang kerja di kafe******. Serta Enand yang berada di NTB) yang merayakannya. Kalo Aku gak ngerayain.

Detik berganti menit. Menit berganti jam. Jam berganti hari. Hari berganti minggu. Minggu berganti bulan. Bulan bergati tahun....Tapi Aku gak berganti kulit ya...
Ah..Hidup....

Lihatlah apa yang ada di depan dan di bawah kakimu. Janganlah melihat apa yang ada di atas kepalamu. Nanti kau tak dapat mengetahui warna sepatumu sendiri.....

Anyway....
Tabunganku bertambah nih :
(Tabungan awal + kerja baby sitter (ditambah bonus dari Ibu Siti)) – Ongkos dan pengeluaran =
( 1.775.000 + 250.0000 (100.000))-50.000 = 2.075.000

Rencananya temen-temen kerja dulu di kafe********* mau pada ngumpul. Katanya ada informasi penting. Sepenting apa sih. Hot News January. Apa tuh?, ini dia kalo kelamaan jadi pembokat (baca : baby sitter). Jadi kagak tahu perkembangan dunia luar.

Yo.....Wesss....Nyerah deh.
Menurut kabar burung merak (News bird peacock), Aku akan terkejut kalo mendengar berita itu. Ah...Jadi penasaran. Padahal belom malam jum’at kliwon. Apa coba....

Udara sore ini, menyejukkan. Langit tampak mendung. Tapi, sesekali cahaya matahari mengintip dengan manja.
Kami telah berkumpul Miko, Chris, Bima, Sri, Giant dan Aku.
Kami-pun berpelukkan, sudah lumayan juga tak berjumpa. INGAT. Chris dan Sri gak pelukkan. Bukan mukhrim. CATET.
Kali ini yang mentraktir kita Chris, berhubung masih suasana Natal dan tahun baru.
Saatnya pembalasanku.. Hehehaahehhaha.....
Pesanan dateng, hari ini di restorant ala kampung namanya ***** ****.
Menu yang di pesan :
Nasi satu bakul penuh, ada ayam goreng, ikan bakar, jengkol, sambel, lalapan, karedok, oseng-oseng (gak jelas warnanya kesoklatan), sayur asem dan buah-buahan juga ada. Wah tahu saja yang diundang kelaperan. Katanya ini syukuran ngerayain Natal dan tahun baru karena Chris dan Giant kagak mudik. Cucian Deh loh.....

Dada berdebar. Bibir udah komat-kamit. Nahan laper. Lidah menjulur... kayak apa coba. Nggak segitunya kallleeeeeee.
Aku nyamber bakul nasi. Eits.....
Chris.”nehi-nehi....”.Jarinya mengayun kayak kiloan buat ikan asin.
*KAMI BERDO’A DENGAN KHIDMAT SESUAI DENGAN KEPERCAYAAN MASING-MASING*.
Satu....Dua....Tiga....Empat....Lima.....Kelamaan deh. Perut sudah keroncongan (bukan dangdutan) juga.
Siukkkkkkkk.....
Korban pertama 1 siuk nasi, ayam goreng, sambel, lalap, dan oseng.
Nikmat banget. Kapan ya, Aku makan terakhir kayak gini. Kalo waktu jadi pembokat, sisa mulu. Nggak ding, kita kan nyisain. Maaf ya bu....
Korban kedua1 1 siuk nasi, ikan bakar, sambel, lalap, dan oseng.
Semua makan dengan lahapnya, yang paling semangat adalah Aku dan Giant. Kita harus berjuang keras siapa yang paling kuat diantara kita. Kita harus tampil maksimal, untuk meraih simpati penonton. Maaf sodara-sodara ini sedang makan apa kontes nyanyi sih ?

Memang dalam makan musuh terbesarku adalah Giant.
Akhirnya, kenyang juga.
Alhamdulillah.....
Tunggu dulu.....
Masih ada buah-buahan pencuci mulut, yang belum terjamah. Kasihan, entar buah protes. Biasanya mencuci kan pake sabun, atau detergent. Tapi ini pake buah. Bener sih, harus dilihat dulu apa yang dicucinya. Kalo yang di cuci kayak Aku sembarangan, entar terkontaminasi. OPO IKI....

Perhatian....Perhatian.....Bioskop perjodohan akan segera dimulai :
Chris.” Lang, masih ingat gak. Cewek yang buta itu.”. Christin Natalia membuka percakapan.
*SOUNTRACK-NYA TAKDIR CINTA-ROSSA* Diperdengarkan lagi :
Ku tutup mataku, dari semua pandanganku...
Bila ku melihat wajahmu...
Ku yakin ada cinta...STOP !!! Beli saja kasetnya kalo mau tuntas. Tapi, jangan yang bajakan yah....
Aku.”Inget banget. Kenapa ?.” Wajahnya membuat terpesona. Walau pada pandangan pertama gak berhasil. Masih terngiang di malamku. Musim nyamuk ya...
Miko.”kemarin pas kita di warung Bi Eha kita kenalan ma dia. Terus kita minta ketemuan. Giant bilang ‘ada yang mau ketemu ma kamu’.”

OMG....
Benarkah?. Setengah percaya. Seperempat percaya. Wah, makasih Giant.
Aku.” Serius??.”. Sumringah. Kegirangan. Kalo gak di restoran ini. Aku sudah loncat-loncat. Kayak kutu kupret. Tapi, catet ya. Di restoran ini banyak bulenya, orang Arab juga ada, yang paling berkesan ketika ada Artis Nabila Syakib. Ih dag-dig-dug. Padahal Nabila gak dag-dig-dug. Aku saja yang GR (goreng ‘buruk’ rupa). Dia bersebelahan sama meja kita.
Giant.”Makanya lo, harus banyak traktir . Bersyukur, lo kita tawarin ketemuan.”. Ucap Giant bangga. Tawarin !!!. Baraaaaaaaaaaaang......kali di tawarin....
Sri.” Namanya. Dewana Aisyah. Dia bule Indo-Pakistan.”. Heh....
*LAGU SOUNTRACK-NYA TAKDIR CINTA-ROSSA* Diperdengarkan lagi-lagi :
Ku tutup mataku, dari semua pandanganku..
Bila ku melihat wajahmu..
Ku yakin ada cinta...

Bima.”klo dah siap, nikah saja?. jangan pacaran.”. Betul. Gak ada kata pacaran. Setelah nikah baru pacaran. Eits...Udah kemana-mana.
Chris.*menyodorkan no. hp-nya Dewana Aisyah. Panggilannya siapa ya.....

Bogor, 28 Januari 2006...
Dag-Dig-Dug...Cintaku...

Bersama itu indah. Sendiri juga indah. Haruskah kita ke toilet bersama-sama?.....the means is....... (Menikah itu sunah. Jomlo juga indah. Tapi Kalo udah menikah pergi kemana-mana berdua juga gak pa-pa. Halal). Kira-kira begitu artinya pemirsa yang berbahaya eh berbahagia kalo “JATUH CINTRONG’.

Melangkah dengan santai, bukannya telah menemukan madu di dalam gelas emas. Melainkan mencari jalan untuk menemukannya.....

Rasa deg-degan di hatiku...
Saat kulihat wajah di cermin...
Sepenggal kata menghujam makna...
Kemarin sebuah harapan telah ku tanam...
Dan hari ini telah ku beri pupuk...
Dan esok berharap berbunga dan berbuah (3 B)...
Siang ini....
Terasa lama banget. Menunggu jam 12.30, bagai menunggu 7 jam. Emang bener sekarang baru subuh jam 04.30. Rencananya Aku dan Dewana Aisyah akan bertemu di kafe tempat Aku kerja dulu. Sekarang Aku bukan mejadi pelayannya, tapi pengunjung.
Pemanasan dulu ah..
Hu....Ha...Hu...Ha....

Saat-saat mendebarpun tiba...
Di Balik pintu, Dewana Aisyah di papah sopirnya.
Aku.”Asslamu’alaikum ....ya...Dewana Aisyah.”. Dia berjalan dengan hati-hati.
Dewana Aisyah.”Wa’alaikumussalam....ya....???.” Kerut dahinya. Kita kan belum kenalan.
Aku.” Gilang Supriadi. Panggil Gilang aja.”
Dewana Aisyah.”Hi..Gilang. Jadi ?.”
Aku.*DUNG DENG* Aku harus ngomong apa ya.? Kikuk. Apalagi, perasaanku mulai gak enak. Sepasang eh sepuluh pasang mata mengintai dengan tajam. Setajam Silet. Mereka teman-temanku di kafe berfose dengan penuh gaya memperhatikan gerak-gerik kami. Nyesel juga kenapa mereka dilibatkan. Habis manis terbitlah pahit...
Dewana Aisyah.” Kamu dari mana ?”.
Aku.”Asli Cianjur.”
Dewana Aisyah.” Kota Santri itu.!!!”. Tepat...makasih...makasih.....
Kamipun terkadang ketawa-ketiwi (ketawa buat cowok, kalo ketiwi buat cewek).
Dan tiba-tiba terlihat benda kecil di dekat meja cashier, benda yang ku kenal. Berbentuk kotak. Di tengahnya hitam. Hey...”aisyah” Chris berteriak. Terang saja Aku melihat kaget dan Aisyah menengok kaget. JEPRET...
Mereka-pun tertawa bersama. Kegirangan. Dasar KUPRET TAHU, Ralat kupat tahu, dodol Garut, keripik singkong, Colenak. dll.

Aku sangat bahagia, bagai mengawang di luar angkasa. Oh Neil Amstrong kapan Aku nyusul. Aku merasa inilah pasangan hidupku. Ah..Apakah Aku terlalu berharap. Muluk-muluk. JUST KIDDING...

3 Bulan Kemudian...
Cianjur, 15 April 2006...
Mudik, Yuk...(part 1)

Peluk erat bayangan dirimu, niscaya engkau akan merasakan betapa hangatnya pelukanmu.

Ketika kita sendiri, kita dapat merubah dunia ini jadi warna hijau. Tetapi ketika kita berdua, kita harus berfikir sekali lagi...
Karena pernikahan adalah kebersamaan. Menyatukan dua hal yang berbeda...

Sudah hampir sembilan bulan lebih Aku gak pulang ke Cianjur. Terakhir ketika bapak meninggal. Tak ada yang merubah di kampungku. Udara segar. Hening. Panon herang tiis ceuli (baca : gak banyak yang perlu dilihat ‘stagnan’ dan gak banyak berita) maksud kata ini, di desa tidak ada persaingan, entah itu dari harta, tahta dan poligami. Heeee...
Kalo gak banyak dengar, dapat diartikan, berita di kota cendrung berubah-berubah. Dan masyarakat mengikutinya. Sedangkan di desa. Berita yang sudah basi di kota, baru dapat terdengar satu-dua bulan kemudian. Ah...entahlah.

Yang pasti, biasanya orang kampung yang tinggal di kota, ada saat-saat dimana dia ingin kembali ke asalnya. Yaitu ke pohon...Kok pohon ??? gak usah di bahas.

Well..
Hari ini Aku membawa Dewana Aisyah ke rumahku. Tentu dengan sopirnya juga. Sungguh kebanggaan tersendiri. Tetanggaku melihat kami dengan takjub. Apalagi Bagas temanku. Kacian deh lo.
Terbuai dengan bule..Dewana aisyah.
Oh...Dewana Aisyah...Oh...Bule...

Aku dan Dewana Aisyah mengunjungi makam bapak. Berziarah. Apakah itu merupakan sebuah pertanda?. Masih teringat pesan bapak, jika Aku mau menikah maka calon mempelai harus di ajak ke makam bapak. Dan sekarang wanita itu telah Aku bawa dihadapan makam bapak. Ah..bapak seandainya engkau masih hidup, kau akan menyukai calon menantumu ini. CANTIK.
Tak banyak kata yang terlontar, kami hanya membaca do’a dan membersihkan rumput liar yang tumbuh di sekitar makam.

Bogor, 20 April 2006...
Demi cinta...

Tolonglah orang yang dalam kesulitan dengan kegembiraan hati dan senyuman bibirmu. Niscaya kau akan menemukan kebahagiaan di balik dinding emas itu...

Aku telah balik ke bogor. Aku mencintai Dewana Aisyah. Tapi, diwajahnya terpancar sebuah keinginan...keinginan....keinginan.....
Percakapan kemarin antara Aku dan Dewana membuat Aku tak bisa tidur semalaman.
Pada Suatu sore di rumahku, sesampai kami berziarah ke makam bapak :
Aku.” Maukah kamu menjadi bagian hidupku ?.”. Aku mengatakan perkataan itu dengan pemikiran yang mateng. Bolak-balik takut gosong. Dan tentunya dengan semangat yang membara. Gaya loh...
Aisyah.”Aku ingin menikah denganmu, jika Aku dapat melihat wajahmu dan yang ada di sekelilingku.”. Nada suaranya datar.
Aku*menerawang langit-langit.*
Aisyah.*Masih diam menunggu jawabanku*
Aisyah.”Aku ingin melihat wajahmu, tidak hanya melihat dengan hati.”. Sebuah kata yang membuat aku tertegun dan terdengar dalem banget maknanya.
Aku*menelan ludah*. Karena gak ada makanan. cihuy......

Anyway....
Aku telah mantap dengan keputusanku. Tanpa seizin teman-temanku dan Bagas temanku di kampung, serta pamanku satu-satunya dari pihak bapak yang berada di Bandung.

Today On...
Aku Akan mendonorkan mataku pada Aisyah...
Aisyah tidak tahu, kalo Aku yang mendonor matanya. Aku, dan paman Aisyah (karena orang tua Aisyah tinggal di Pakistan, jadi semua tanggungan di berikan kepada pamannnya) telah sepakat untuk mengrahasiakannya.

Di Sebuah rumah sakit******** ******
Jam 19.05 WIB
Ruang operasi tampak sepi. Hening. Pandanganku lurus. Inikah yang dinamakan pengorbanan. Demi cintakah ini....Ya Rabb, semoga langkahku benar...
Dewana Aisyah datang di boyong pamannya. Dia bernama Abdul Rasyid. Terlihat di lesung pipi Aisyah sebuah luapan kegembiraan.
Sekali lagi dia tidak tahu, bahwa yang mendonorkan mata adalah Aku....
Aku yang mencintainya...

Dokter telah siap, Aisyah di panggil.
10 menit kemudian namaku dipanggil, suara suster membuatku berhenti sejenak. Inikah langkahku...Benarkan langkahku ini, karena Aku mencintainya, nafsukah?
6 jam kemudian.
Operasi berjalan lancar. Gelap. Gelap. Aku merasa ada di dunia yang begitu jauh. Jauh. Jauh dari kehidupan.
Skenario di jalankan. Atas permintaanku, Aku yang didahulukan untuk keluar. Lalu Aisyah. Agar kami tidak bertemu.

Bogor, 21 April 2006...
Laknat cinta....

Di kostanku, ada M. Jaka. Dia adalah utusan dari Pak Rasyid pamannya Aisyah untuk mendampingiku. Untuk kedepannya M. Jaka akan menemani hari-hariku. Sebelum Aku terbiasa dengan dunia baruku.
Hari ini Aku dan Aisyah akan bertemu di rumahnya di daerah bogor kota Jl. *******, No **. Aku tak sabar ingin bertemu dengannya. Masih terngiang dengan jelas bahwa dia akan menikah denganku. Ketika dia telah melihat Aku dengan seutuhnya.

Kira-kira di suatu ruang tamu rumah Aisyah. Aku di boyong duduk oleh M. jaka.
Aku tak sabar, kata yang akan di ucapkan Aisyah.
Terdengar suara sepatu dari kejauhan.
Tuk..Tuk...Tuk...
Dekat. Dekat Dan semakin dekat. Dan berhenti.
“Gilang.” Suara merdu terucap.
Aku.”Ya Aisyah.”. Pandanganku datar. Lurus.
Aisyah.”Aku disini ?.”
Aku.”Oia.”. Aku berusaha meraba suara itu.
Aisyah.”Kamu.....Buta.”
Aku.*TERDIAM*.
*RUANGAN SEPI.*
Suara sepatu beriringan, dengan cepat. Secepat anak panah yang meluncur dari busurnya.
Aku.”Aisyah !!!!!”. Suaraku setengah berteriak. Aku menunduk lesu.
Suara sepatu itu, terdengar lain. “Aisyah menangis..., mungkin dia masih belun menerima calon suaminya...Maaf.” Pak Rasyid menjelaskan dengan segudang tanda tanya bagiku.
Ah..Aisyah, rupanya kau tidak mencintaiku. Karena Aku buta.

PESAN : Janganlah mencintai seseorang dengan berlebihan, mungkin saja dia akan menjadi musuhmu...
Dan janganlah membenci sesorang dengan berlebihan, mungkin saja dia kan menjadi pendampingmu. CATET. Pelajaran ini diambil ketika Aku belajar B. Arab. Mantap. Dalem banget.

Bogor, 22 April 2006...
Curhat Abiz...

Terima kasih Ya..rabb...
Kau telah memberiku pengalaman mencintai seseorang...
Maafkan Aku yang telah menduakan-Mu...
Aku tempatkan Aisyah di atas cinta-Mu...
Aku menyadarinya sekarang...
Hanya cinta-Mulah yang paling indah...
Tidak melihat sebuah kekurangan dari seseorang...
Hanya ketaqwaan yang menjadi tolok ukur cinta-Mu...

Di dalam diri kesendirian terdapat jiwa kosong yang dapat di isi oleh jiwa kesendirian pula. Namun kadang kita selalu mengosongkannya hanya untuk menyamakan sifat dan warna baju kita....

Jam 20.01 WIB

Semua teman-temanku. Miko, Bima, Giant, Chris dan Sri berkumpul di kostanku. Menghakimi. Menguliti dan menelanjangi keputusanku. Mereka marah besar. Besar sekali. Aku menukarkan mata untuk Aisyah. Sedangkan Aisyah???. Ah..Aisyah.
Bima.” Gila lo..yah.”. Suara Bima lantang.
Miko.”Lo nganggep kita temen gak sih ?”. Miko menimpali. Maaf kawan. Kalo Aku minta persetujuan dari kalin pasti kalian tidak akan menyetujuinya.
Aku*Masih terdiam bisu* DUA RIBU BAHASA.
Chris.’Tenang dulu. kita dengarkan penjelasannya.”. Suara Chris dengan bijak.
Giant.”Jangan pake emosi dulu.”. Giant berusaha bijak pula. Membuntuti Chris.
Sri.” Coba jelaskan?.”
Aku * Mencoba menjelaskan dengan perlahan, kata demi kata dengan apik*. Mulai dari saat dia dibawa ke makam bapak, sebuah permintaan, berkunjung ke rumahnya, saat-saat operasi, dan saat dia menolakku dengan mentah.
Bima.”Bener... Lo gila.” mengulangi perkataannya lagi.
Sri.” Gak tahu lo yang gila apa wanita itu yang gila.” Sri menambahkan. Ekstem. Ketika dia menyalahkan dari sudut pandang mana. Gak ada yang salah???.
Semua terdengar menangis, dan mereka berusaha memahami permasalahanku sekarang. Yang penting mereka menerima dengan bijak apa yang sudah terjadi padaku. Tak usah melihat apa yang sudah terjadi. Karena kita takut lupa bahwa yang dihadapi kita sekarang adalah masa depan bukan masa lalu.

Cianjur, 30 April 2006...
Mudik, Yuk...(part 2)

Senyuman dapat menghapus kepedihan yang dahsyat sekalipun. Jika senyuman itu datang dari hati....

Berani tertawa di saat kita sedih, berarti kau sekarang sudah dewasa dan lebih bijaksana dari sebelumnya....

Aku sudah memutuskan dengan matang. Sekarang Aku akan tinggal di kampungku. Dengan pinjaman dari temanku untuk modal Rp.5.000.000 + Rp 1.500.000 tabunganku, Aku akan mendirikan usaha berdagang sembako dan jajanan anak-anak. Usaha ini dibantu sohibku Bagas. Dia mengudurkan diri dari kerjanya sebagai caraka di sekolah kami dulu. Dia lebih mengabdikan kepada temannya, Aku. Makasih, jasamu akan ku kenang selalu. Telah gugur pahlawanku...(gak nyambung ya)..

Waktu dia mendengar cerita tentang mataku yang didonorkan Terkejut banget. Dia tak menyangka Aku sungguh mencintai Aisyah melebihi jiwaku sendiri.

Percakapan Antara Aku dan Bagas di telpon 10 hari sebelum kepulanganku (catatan : bukan mati) :
Aku.”Gas, masih nget gak Aisyah..”
Bagas.”Tentu.” Ingatannya tajam juga. Ngiri ya...
Aku.” Sekarang dia sudah bisa melihat lo. Matanya di tukar dengan mataku.”
Bagas.” Udah jangan bercanda, gak lucu.”. Bagas tidak percaya. Terdengan tawa kecil di balik telponnya.
Aku.*DIAM*
Bagas.”Jadi....beneran?”
Aku.”Of course.....” Belaga Inggris. Namun, Aku masih sedih.
Bagas.”Heh.....”
Aku. “Sudahlah jangan dibawas lagi. Kamu mau menolong Aku gak?, Aku mau dagang di rumahku disana. Kamu yang belanjanya, dan Aku yang menunggu warungnya, gimana?”. Aku sebenarnya memaksa agar dia bersedia. Berharap banget. Kalo bukan dia siapa lagi.
Bagas.”Ehhh. OK! besok Aku akan urus pengunduranku ke sekolah.”
Aku.”Bener ???. Makasih ya, sob. Eh Brother.”. Aku lega. sekali.

10 hari sebelum kepulanganku...
Sebelum mengemasi barang-barangku di kostan. Aku berpamitan sama sohibku di Bogor. Miko, Bima, Giant, Sri, dan Chris berharap kepulanganku ini dapat melupakan masalahku. Kamipun berpelukkan kayak Teletubies. Tapi untuk kesekian kalinya yah, Sri dan Chris Cuma berjabat tangan. Bukan Muhrimnya.

Aku meminta satu permintaan kepada mereka. Permintaan itu adalah permohonanku agar mereka memberikan surat buat Dewana Aisyah. Awalnya mereka dengan muntah-muntah. GAK DING. Menolak. Tapi dengan sangat terpaksa (mereka masih sedikit marah kepada Dewana Aisyah) mereka memenuhi permintaanku. Aku pasang memelas banget. Kalo waktu itu diabadikan, pasti foto itu menjadi The issues terpanas di billboard..
Dua hari yang lalu Aku menulis surat buat Dewana Aisyah di dibantu oleh M. Jimy penjaga Rental “ Buah Hati”
Bogor, 25 April 2006
Salam hangat,
Teruntuk Dewana Aisyah

Assalamu’alaikum...
Hi..Aisyah. Moga keadaanmu selalu baik. Insya Allah Aku melalu merengek pada Tuhanku agar senantiasa kau berada dalam lindungan-Nya. Amin.
Aisyah, yang telah mengisi hatiku...
Terucap kata lewat surat, Aku meminta maaf segala kehkilapanku selama ini.
Aisyah, yang telah mengisi hatiku...
Terbanglah bawa impianmu yang kau pendam selama ini, taburkan senyuman pada orang yang telah mendukungmu. Dan hancurkan segala kegalauan yang menusuk semangatmu. Raihlah kebahagiaan telah menantimu dari dulu.
Aisyah, yang telah mengisi hatiku...
Jangan ada sesal dihatimu. Karena itu akan menghambat hidupmu. Buang sesalmu jauh-jauh.
Oia...Aku punya tips-nya nih. Lakukan yah :
Ambillah sapu tangan warna hijau. Kenapa hijau? karena hijau adalah sebuah harapan.
Keluarkan Sesal dan semua masalahmu. Lalu bungkus dengan rapi. Tanpa ada celah sedikitpun untuk kembali lagi.
Setelah terbungkus rapi, galilah sebuah tanah. Buatlah lobang sedikit agak lebih lebar dari bungkusan sapu tangan tadi.
Kuburlah dalam-dalam. Injak dengan keras.
Apabila hasil yang ingin di dapat maksimal. maka Boleh. Di atasnya tanam sebuah tanaman yang di sukai. Boleh bunga atau yang lainnya. Dengan harapan tanaman itu memberikan bunga atau buah yang indah sesuai dengan harapan kita.
Coba yah...
Aisyah, yang telah mengisi hatiku...
Pesanku untuk yang terakhir ini. Jagalah mataku baik-baik. Jangan sia-siakan pengorbanan setiap orang sekecil apapun.
Oia.. pesan di ralat bukan yang terakhir. Ini ada tambahan. Aku pernah berbicara dengan pamanmu. Sebenarnya kamu mencintai seorang cowok yang berasal dari malaysia. Dia, tak meresponmu ketika dia tahu kamu buta.
Dan sekarang, kamu telah melihat. Kejarlah “cintamu itu”, sebelum terlambat.
Jangan menangis apa yang telak Aku lakukan untukmu. Itu sebuah rahasia illahi. Dia membuat matamu kembali melihat lewat perantaraku. Berterima kasihlah pada-Nya.
Terima kasih telah menghiasi hidupku.
Selamat berbahagia.
Wassalam....
Surat ini Aku bungkus rapi dengan balutan warna biru, menurutku warna biru merupakan lambang kesetiaan. Kalo mau protes gak pa-pa kok...
Setelah terbungkus, Aku berikan kepada Bima, sebagai ketua geng.

Cianjur, 20 September 2006...
Bulan puasa...

Buat kaum muslimin selamat menunaikan ibadah puasa. Aku juga puasa lho...

Berdiri di atas sendal jepit, Aku merasa lebih tenang dan nyaman ketimbang berada di atas sepatu kets yang dihantui dengan kebimbangan...

Hari-hariku sekarang diisi dengan lebih mendekatkan diri pada-Nya. Sebuah jalan menuju sebuah kemenangan, kesuyian dan......

Alhamdulillah usahaku lancar, apalagi pas bulan puasa behhh.....LARIS MANIS, PAHIT, DAN ASEM. Kayak permen apa coba ?. Ssssstttttt, jangan sebut merk.
Banyak yang membeli sayur-sayuran. Berebut, untung saja gak jambak-jambakan.
NB : Aku juga dagang sayuran mentah, tapi khusus bulan puasa saja. Kalo bulan biasa normal lagi, sembako dan jajanan anak-anak.
Oia....
Karena untungnya masih berkisaran antara ratus-ribuan. Jadi Aku masih belom bisa membayar utang teman-temanku yang Rp 5 juta. Walau mereka membebaskannya. Tapi Aku gak enak. Dibikin enak juga susah. Soalnya ‘rasa’ yang berbicara.

Alhamdulilllah juga, kemarin Aku mendapatkan sms dari teman-temanku dari Enand di NTB.
Enand.” Selamat menunaikan puasa, sob. jangan bolong-bolong yah.”. Bolong-bolong kayak baju saja. Makasih juga atas pehatiannya, dan toleransinya, walau kita beda keyakinan kita tetap satu negara Indonesia. Bhineka Tunggal Ika..
Aku.”makasih. Gak bolong-bolong kok, kan udah di tambal he...”. Aku setengah bercanda. Bagaimanapun Aku harus maksimal dalam menjalankan Rukun Islam yang ke-4 ini. Biar lebaran nanti tubuhku bersih kayak orok yang baru lahir.

Di tambah lagi bulan agustus lalu, tepatnya tanggal 19, Aku mendapatkan telp dari Miko, tentang surat permohonan buat di berikan ke Dewana Aisyah.
Percakapan di telpon anatara Aku dan Miko :
Miko.” Woi, gimana kabarnya?. Surat lo, gw dah berikan. Untung saja gak telat soalnya dia mau pergi nyusul ayahnya ke Pakistan.”.
Kalo di ilustrasikan kayak film AADC-lah, tapi kalo di AADC yang pergi kan Rangga disini Cinta. Beda jauh lah. Kalo Cinta disini mau jadi TKI..Gak ding bener nyusul orang tuanya.
Aku.” Reaksinya gimana?.” Aku masih penasaran. Walaupun dia bukan jodohku kali saja ada kesempatan.
Miko.”Gak comment. Cuma bilang. Oh...”.Padahal Aku berharap dia loncat-loncat kayak bajing. Tapi bukan bajin loncat. Itumah perampok. Kegirangan.
Aku.”Cuma itu.??”. Masih seperdelapan percaya. Bener juga dia gak suka ma Aku. Nasib ya nasib.
Miko.”Oia. da salam dari temen-temen. Selamat berpuasa. Terus dari Chris dan Giant juga. Katanya perbanyak ibadah.”
Aku.” Makasih. Tarareng kiw.”. Syukur banget Aku mendapatkan sahabat yang mengerti Aku. Tempat keluh kesahku.

Cianjur, Oktober 2006...
Detik-detik kemenangan....

Sepekan lagi umat Islam akan merayakan kemenangan.

Hidup itu seperti sebuah sepeda, kita tidak akan terjatuh kecuali jika kita berhenti mengayuh.....

Aku harus mengejar mentari sebelum senja.....

Dering telpon berbunyi nyaring....
Aku sedang sibuk melayani pembeli. Walau hanya ngitung belanjaan ibu-ibu saja. Karena yang melayani sesungguhnya adalah Bagas. Aku ngatur keuangan saja. Kalo soal uang orang buta-pun ijo. Cuma butuh penciuman yang tajam. Mana uang lima ribu, sepuluh ribu, lima puluh ribu, dan seratus ribu. Cuma dapat mengetahui dengan indra penciuman. Bilang saja ini Hidung duitan. Bukan mata duitan Aku kan buta.
Banyak pelanggan hari ini. beli sayuran untuk persiapan lebaran...

NB : Aku juga jualan sayuran lagi, yang lebih komplit. Ada kentang, wortel, Buncis n friends pokoknya. Dengan skala yang lebih besar.

Dering telp nyaring untuk kedua kalinya, Akupun meraba-raba meja.
Di balik telpon terdengar suara Miko :
Aku.”Kenapa Mik, Aku sibuk hari ini banyak pembeli.”
Miko.”Ada soal penting banget. Sekarang harus ke Bogor. Kalo tidak kau akan menyesal seumur hidup.”. Menelan ludah.* Aku masih bingung*
Aku.”Ada apa sih ?. jangan bercanda ah. Gak lucu..”.
Miko.” Beneran.”. Mungkinkah Dewana Aisyah ??.
Miko.”Ibumu sakit parah. Dia di opname.”. Heh..Ibu. Ibu sapa??
Aku.”Jangan bercanda.”
Miko.”Ibu kamu yang lo cari. Entar di jelasin cepat.”. Ibu. Ibu. Ibu. Apakah Ibu yang mantan majikan itu yang dimaksud Miko.
Akupun bergegas berpamitan pada Bagas, dan tak lupa pada pelanggan setia warungku. Bagas masih terheran-heran. Sudahlah, gak pake lama, Bagas memanggil tukang ojek. Dia bernama M. Pendi. Dia akan langsung mengantarkan Aku ke Bogor.

©©©©


Jam menunjukkan angka 17.12 WIB.

Aku telah sampai di Ciawi, kira-kira di halte telah ada sesosok yang ku kenal. bayanganku Miko telah berdiri dan jongkok. Kok? Mungkin dia telalu lama menunggu. Miko hanya sendiri, karena katanya temen yang lain harus kerja. Do’anya saja..
Akupun dibantu turun oleh Miko. Aku mengambil dompet dan mengambil uang Rp. 50.0000 untuk membayar ojeng M. Pendi. Terima kasih M. Pendi atas partisipasinya.


3 jam kemudian....
Aku dan Miko telah sampai di sebuah kamar rumah sakit. Mataku tak terbendung. Menangis.
Ngalirlah airmata...
Aku tiada akan menahanmu....
Kau mempunyai hak...
Keluar dari sanubariku....
Sesosok Ibu yang Aku bayangkan telah tertidur lemas dihadapanku. Sedangkan mataku tak dapat melihat raut mukanya. Kata dokter staminanya naik-turun.
Genggaman erat mendekati tanganku. Aku yang bersusah payah merabanya. Aku gak tahu ekspesi Ibu ketika tahu bahwa Aku gak bisa melihat.
Ibu berusaha meraba mataku. Aku hanya dpat menatap lurus. Hitam. Kelam.
Terdengan tangisan kecil dari ibuku. Aku meranggkul Ibuku.
Hangat. Hangat. Belum pernah Aku merasakan betapa hangatnya pelukanmu Ibu.
Air mataku jatuh dengan derasnya.
Teringat pesan terakhir bapak. Aku harus mencari ibuku.
Sekarang Ibu itu telah ku peluk erat dengan genggamanku. Bapak akan bahagia di sana.
Walau Aku lupa wajah mantan majikanku itu. Aku masih teringat dengan Adit. Karena akami sering bersama.
Wajahnya mirip dengan Ibu.
Dokter meminta agar ibu untuk beristirahat.
Walau ibu memaksa agar kami tetap bersama.
Seorang bapak memapahku dengan pelan. Siapakah dia?, ternyata dia adalah suaminya. Dia bernama Tengku Ahmad rifa’i yang ternyata pengusaha dari Malaysia. Kini telah menjadi warga Indonesia.
Aku dan Miko serta pak Ahmad keluar dari kamar ibu. Aku duduk dekat dengan pak Ahmad. Sedangkan Miko berpamitan untuk membeli makanan. Sedari tadi Aku belum makan apa-apa. Untuk buka kami hanya minum air putih saja yang di beli di bis.
Akupun mengobrol dengan pak Tengku Ahmad Rifa’i :
Pak Ahmad.” Bapak dengan Ibumu, sekitar bulan Agustus lalu mencarimu. Bi Ijah menemukan fotomu yang ketinggalan ketika kamu kerja di rumah kami.”.
Menelan ludah. Sering banget menelan ludah. Hobi kali yah...
Jadi perkiraan selama ini benar. Ibu Siti Humairah adalah ibuku.
YA TUHAN.....Perjalanan ini begitu panjang.
Aku.” Jadi, bapak dan ibu mencariku ?, kapan bapak menemukan foto itu?”.
Pak Ahmad.” Kira-kira akhir bulan juli. Pas waktu itu Bi. Ijah dengan tidak sengaja menjatuhkan fotomu. Dan ibu menemukannya. Setelah itu keesokan harinya kami mulai mencarimu. Dia selalu menangis. Hampir setiap malam.”
Aku.*Air mata jatuh untuk ke sekian kali*.
Pak Ahmad.” Kami, tahu kamu tinggal waktu itu di Bogor. Jadi kami memasang iklan koran Bogor. Pas keesokan harinya. Ada seorang wanita yang kerja di kafe***** menelpon kami.”. Pasti yang nelpon itu salah satu dari temanku. Kabetulan istri boss berlangganan koran harian.
Aku.” Ibu sakit apa.?”. Tanyaku singkat.
Pak Ahmad.”Sakit tumor payu dara. Dan sekarang sudah stadium empat. walau sakit parah dia memaksakan ingin mencari kamu, dia ingin tenang sebelum ajal menjemputnya,”. Hik..Hik...
Miko.”Lang, makan dulu.”. Aku tak menyadari Miko telah duduk di sampingku.

Tiba...Tiba......
“Pak, Ibu..”. Suster tampak panik. Pak Ahmad, Aku dan Miko yang memapahku masuk ke dalam kamar.
Suster berlari memanggil dokter.
“Anakku..Gilang...”. Ibu memanggilku. Aku mencoba mendekatinya.
Suara ngos-ngosan terdengar seorang dokter mendekati kami.
“Dokter Aku gak pa-apa. Aku...Aku...Ingin anakku bisa melihat lagi. Jika Aku mati, mataku Aku donorkan buat Anakku.”
Dokter. *terdiam.* Aku gak tahu dia setuju atau nggak. Dan terdengar LAAILAAHAILLAH..Dengan suara terbata-bata.
*INNALILAAHI WAINNA ILAIHI RAA’JIUUN*
Tangisanku tak tertahankan lagi. Lebih keras dan keras.
1 Jam kemudian. Operasi untuk kedua kalinya yang dilakukan kepadaku. Akan segera dilakukan. Aku telah terbaring lemas di ruang operasi.

3 Jam kemudian..
TERANG...TERANG....TERANG.....Penglihatanku kembali berfungsi. Mata Ibuku.
Rasa senang dan sedih menyatu, Ibuku di ruangan sebelah terbaring kaku. Ibuku telah menghadap ke-Rabbnya. Telah berakhir perjalanan hidupnya.

Bogor, Oktober 2006...
Parsel Lebaran dan Kejutan...

Berlaga seperti orang bodoh boleh saja. Tapi jangan harap kau berlaga pintar....

Berdiri gagahlah di atas tubuhmu sendiri. Mungkin kita akan mengetahui bahwa kita sesungguhnya kuat...

Sudah hampir 8 hari ini Aku menginap di kost-annya Miko. kost-annya deket kampusnya yang gede banget. NORAK. Gini nih kalo orang kagak ngampus.
Oia...MINAL AIDZIN WALFAIDZI.(Mohon maaf lahir dan bathin).
Hari ini merupakan hari spesial bagi Aku. Aku telah memenuhi pesan terakhir bapak. Mengenalkan calon menantu walau gak jadi, serta menenukan ibuku. Walau sekarang dia telah menyusul bapak. Satu lagi yang belum adalah kuliah. Huh..
Tarik napas panjang. Kira-kira 2 meteran cukup untuk nahan napas. DIVING....Kallllliiiiii.

©©©©


All U ready.....

Lebaran kali ini Miko, Bima, Sri tidak mudik ke daerah asalnya masing-masing. Tapi mereka sudah maaf-maafan sama keluargannya di tambah parsel kiriman sudah nyampe ke rumah tujuan masing-masing. Dan tentunya temenku juga Chris dan Giant yang beragama kristiani. Merayakan dengan kami.

Keluarga Miko yang seneng banget kelewat batas ketika dapet parcel lebaran. Menari-nari, untung saja gak di tengah jalan. Kan repot, banyak orang bu....Entar dikira gagal jadi caleg lagi. Huuuuu.
Atau Ibu dan bapaknya Sri yang saking girangnya mereka berpelukkan. So Sweet...Gak pa-pa inikan suami istri. Jadi Halal.
Tak kalah heboh duet maut antara ayah dan ibunya Bima atau lebih dikenal dengan mertuanya Sri, mereka menangis seraya berkata. “KURANG....”.
Rencananya, kami berenam mau menemui Ayah tiri ku Pak Tengku Ahmad Rifa’i serta adik tiriku Adit. Rencanana Ayah tiriku ini akan memperkenalkan calon istrinya. Dia sudah bertunangan dengan ayah tiriku ketika ibuku masin ada. Pak Ahmad melaksanakan syari’at Islam yaitu poligami. Disaat-saat sekarang, yang hot diperdebatkan padahal itukan gak dilarang. BETUL GAK PAK KIAI.

Don’t forget too.. Aku mengucapkan selamat pada Bagas yang ngaku-ngaku kakak angkatku.Yang memohon dengan tiga syarat. Kayak Film apa coba ?
Terjadi sebuah perbincangan yang menghebohkan, padahal menyedihkan. Hiiiiiiiiiiiyyyyyyyyyyyyyyy.....

Aku dan Bagas sms-an :
Aku.” slamt ul ftri. mflhr btn. oia al kmrn g pa2 kok. ku dh tnang, ku bisa meliht gi krn, ibu sblum mninggl mbrkn mtny pdku.”. Aku masih teringat kata-kata terakhir ibu.
Bagas.”tutur bduka cita y. mt hr lbrn jg. mf lhr btn. jg baik2 y.?”.
Aku.”jg baik2 wrungku. ku prcy ms kmu. urus z, oia kmu ma sp d rmahku ?.”.
Bagas.”sndr, stlh shlt id ku k rmh bpk n ibu, sungkmn. ku skrg gi di rumag gi mkn.”
Aku.”kcian deh.mkny cr bini dong, jgn sndr mulu. sepi tw.”
Bagas.”He....”.
Aku juga mendapatkan sms dari Enand di NTB, katanya dia juga mengucapkan selamat hari raya idul fitri. Makasih ya Bang Enand, kita tetap satu tujuan, Bhineka Tunggal Ika.
↺↺↺
Aku dan teman-temanku telah duduk manis di rumah ayah tiriku. Aku bisa masuk bukan karena membobol pintu belakang. Itu karena ayah tiriku memberikan kunci duplikat rumah kepadaku. Waktu itu dia memberikan kunci, setelah selesai mengubur jenazah ibuku. Katanya kapanpun Aku dapat keluar-masuk ke rumah. Asyik....
Di tambah Aku akan menjadi Anaknya. Walau hanya anak tiri. Banggalah, ada juga orang yang mau menjadi orang tuaku. Wuuuihhhhhh.....
Kali ini Aku datang bukan untuk menjadi pembantu. Melainkan untuk bersilaturahmi dan mengucapkan selamat kepada ayah tiriku dan calon istrinya. Satu langkah menuju gerbang perkawinan.
Hari ini di rumah gak da orang Bi Ijah dan M. Ujang mudik.
Sebuah klakson mobil di luar terdengar nyaring. Kulihat bapak tiriku dan seorang perempuan yang menuntun Adit, adikku.
Kamipun dengan siaga, siap menyambut Sang Pangeran dan Tuan Purti serta tuan muda.
Assalaamu’alaikum....
*SOUNTRACK AYAT-AYAT CINTA-ROSSA*
Desir pasir di padang tandus...
Segersang pemikiran hati...
Terkisah ku diantara cinta yang ruhmi...
Bila keyakinanku datang...
Kasih bukan sekedar cita...(yang hafal liriknya terusin sendiri).
Wa’alaikumusslam...

Kami bengong. Kompak. Tiga kali lagi. Bengong. Bengong. Bengong...
Belum percaya apa yang kami lihat itu. Benarkah atau hanya halunisasi saja ?. Inikah calon mempelainya?. Apakah yang dimaksud pak Rasyid pamannya Aisyah, yang dicintainya hanya orang malaysia itu. Dan orang itu, adalah ayah tiriku Pak Tengku Ahmad Rifa’i.
DDDDUUUUUARRRRRRR.....
Bagai petir si siang bolong. Langit jatuh lagi tepat di depan wajahku. RUNGSEK.
Tak mau kalah bengong. Dewana Aisyah-pun terbengong-bengong.
Tatapannya. Matanya, yang aku kenal. Mata yang membuat saat terakhirku tak dapat melihat wajah ibu. Kini mata itu dihadapkan dengan mata ibu yang ada di bawah alisku. Kini mata anak dan ibu-pun dapat berpapasan langsung. Dengan jiwa yang lain.

Berada di antara keserakahan dan kesombongan, Aku tak dapat merasakan betapa manisnya hidup tanpa semua itu......

Bogor, 5 November 2006...
Patah hati...

Aku harus belajar menyerahkan jiwa pada raga. Namun, dunia ini selalu merayu dengan kemolekannya....

Cinta membuatmu tertawa, menangis dan meyakinkan bahwa hidup ini memang menyenangkan....

Aku masih tak menyangka yang dicintai Aisyah (orang Malaysia itu) adalah ayah tiriku. Kenapa mesti ayah tiriku, kebetulankan, jalan-Nya atau Ah...?
Kenapa bukan orang lain saja Aisyah?. Padahal Aku telah mengubur ingatan cintaku denganmu. Mukaku remuk saat kau mengatakan “kamu...buta”. Hanya, karena Aku butakah, kua tidak mencintaiku.??
Kenapa, Aisyah menggali ‘kuburan masalah itu’, Ataukan saran yang kutulis dari suratku tak di baca?. KENAPA ?? KENAPA ??.

Dua hari yang lalu, Aku menghadiri walimah ayah tiriku dan istrinya Dewana Aisyah. Aku hanya menghormati ayahku. Aku masih belom bisa menerima semua ini. Butuh waktu, untuk mengikhlaskannya. YA TUHAN MAAF-kan hambamu ini. Kenapa aku masih mengingatnya. Apakah karena Aku membencinya?. ASTAGHFIRULLAHAL ADZIIM...Aku akan berusaha untuk mengikhlaskannya, Ya Rabb.

Setelah menghadiri walimah ayahku. Ayah memberikan sebuah map kecil. Di dalamnya sebuah kartu ATM + no.pinnya. Selain itu sebuah kalung berinisial S, dan foto ibuku. Bersama itu, satu surat berwarna biru muda yang melambangkan keharmonisan (yang gak setuju juga gak pa-apa). Surat ini berisi curahan hati sang ibu yang ingin sekali memeluk anaknya yang berpisah anatara 19 tahun-an :

Depok, 07 Agustus 2006
Nanda Gilang, anakku

Nanda sayang anakku,
Ibu merasa bersalah ketika berpisah dengan bapakmu dan meninggalkanmu dulu. Bukannya ibu melupakanmu. Saat terlahir anak laki-laki yang gagah dan kini beranjak dewasa. Ibu selalu membayangkannya, nanda jangan salahkan kakekmu yang memisahkan ibu dan ayahmu. Biarlah waktu yang bicara, kamu akan mengerti jika kelak kamu menjadi seorang ayah.
Maaf merupakan kata yang mulia, namun kadang orang menyepelekan kata itu.
Dan sekarang ibu meminta maaf memohon pada ananda untuk berkenan memaafkan ibu. Kamu mungkin akan sulit menerimanya, karena kamu tahu bahwa ibu tak pernah merawatmu. Dan bahkan kamu tidak tahu dimana keberadaan orang yang telah melahirkanmu.
Nanda sayang anakku,
Ini adalah permohonan maaf ibu, sebuah ATM untuk menebus kesalahn ibu. Ibu tak bermaksud dengan uang segalanya terhapus. Tapi, setidaknya mengurangi beban ananda.
Nanda sayang anakku,
Bapak Tengku Ahmad Rifa’i orang yang baik. Dia, sealu berusaha untuk menemukanmu. Dan dia bersedia menjadi ayah barumu. Jika ananda tak keberatan terima dia ya?.
Nanda sayang anakku,
Maafkan pula kakek dan nenekmu yang telah dengan sengaja memisahkan kita. mereka telah dipanggil oleh yang Maha kuasa. Maafkan ya, jangan ungkit masa lalu. Bukalah lembar barumu.
Nanda sayang anakku,
Pesan ibu, dan ibu sebenarnya tak berhak menasihatimu. Karena kamu belom mengetahui ibumu seperti apa. Tapi dari kejauhan ibu selalu mendo’akanmu. Aku akan selalu menyayangi anakku. Karena kasih ibu itu seperti lingkaran, tak berawal dan tak berakhir.
Ibumu...Siti Humairah.

*SOUNTACK SURGA CINTA-ADA BAND*
Terdiam hanya bisa diam...
Dingin menyengat...
Sekujur tubuhku...(terusin sendiri Aku bener-bener lupa liriknya).

Ah..Ibu rasa rinduku telah menghapus semuanya, Aku telah memaafkanmu saat kau memeluk hangat tubuhku. Ingin rasanya Aku terus berada di sisimu. Waktu jua yang memishkan kita. Semoga di kehidupan nanti. Kita dapat berjumpa lagi.....

Bogor, 3 Juni 2007...
Kuliah Oh...Kuliah

GOES TO CAMPUSS....
Ngampus juga nih....

Kelelahan yang dibuat dunia mungkin tak seberapa. Jika dibandingkan dengan kelelahan yang di buat oleh diri sendiri...

Karena Aku mendapatkan ‘hadiah’ dari ibuku, maka uang itu Aku gunakan untuk menuntut ilmu, bermanfaat sekaligus menggugurkan wasiat terakhir bapakku, dan mengejar cita-citaku menjadi umar bakti yang mengayuh hidup dengan sepeda perjuangan....

Alhamdulillah...
Di hari jadi Aku yang ke-21 ini, Aku memberikan kado yang spesial kepada diriku (kasian banget ya, gak ada yang ngasih kado). Tapi tenang sodara-sodara...Sohib-sohibku, Miko, Bima, Giant, Sri dan Chris mengucapkan dengan kompak “HAPPY B’DAY 2 U”. HATUR NUHUN (Baca : terima kasih). Di tunggu kadonya ???
Dan tidak lupa, mereka juga merengek minta jajan (di kamusku yang harusnya traktir adalah mereka). Sambil nangis-nangis lompat-lompatan. Kayak kutu kupret. Gak ding.
Yo..Wis, apa sih yang gak buat lo pada.

Well, karena kuliah perdana masih lama. Sekitar 3 bulanan gitu. Maka Aku memutuskan waktu yang tersisa Aku gunakan untuk bersilaturahmi dengan paman dari pihak bapakku. Karena waktu bapak meninggalpun, dia tak hadir. Aku baru sekali bertemu dengannya, ketika Aku masih SD. Dengan bekal seadanya, Rp 500.000 cukup untuk menenpuh perjalanan. Ke Bandung...Tarik Mang...

Bandung, 4 Juni 2007...
Bandung I’m in-saf...

Di terjang angin keberanian, kau akan semakin berani...
Di terjang angin ketakutan, kau harusnya lebih berani...
Dan meyakinkan angin bahwa sesungguhnya kau adalah badai....

Aku telah nyampe di depan kontrakan pamanku. Tapi nampak lengang. Kemana paman?. Aku mondar-mandir. Sesekali Aku melihat alamat yang tertera di atas secarik kertas, Jl. Turangga Timur No. 85. Betul. Sekali lagi. Betul. Sekali. Udah dasar dodol Garut.
“Ada apa dek?”. suara pelan dari arah sebelah kotrakan pamanku.
“Bapak yang ngontrak disini kemana ya ?.” Aku berusaha seramah mungkin. Kalo tidak Aku disangka mau maling. Walau tampangku gak mendukung. Tapi, sekarang kan maling ganteng-ganteng berdasi pula. Hiiiii, jangan tersinggung ya....
“Sudah lama kontrakan itu kosong.”. Orang itu mendekatiku.
“Oh....”. Ya udah. Tapi kemana paman selama ini. Gak pernah ngasih kabar. Paman Oh Paman.

Kamipun berbincang dengan sengit eh hangat di kamarnya. Ssssssttt...(ingat ya kami masih normal !!!!). Terasa akrab, dan akrab. WUUUWWWWW......
Ternyata dia bernama Rangga, Itu loh pacarnya Cinta. (Sebenarnya gak ada hubungannya, mukanya jauh banget dengan Nicholas Saputra. Paling Cuma jempol tangannya yang mirip).

Hari sudah senja...
Tawa dan canda renyah di ruang berukuran 4X4 m. Tadinya Aku mau langsung pulang, Tapi tangan Rangga menarik tanganku. Terjadi tarik menarik. Jangan !!!!. Iya !!! (dengan mimik muka sedih bercampur buah). Aduuuuuh kayak sinetron aja.
↺↺↺

Aku setengah sadar...
Pikiranku seperti ada ruang yang terisi ‘sesuatu’. Tapi Aku tidak tahu ‘sesuatu’ itu apa.
“Mau ikut gak ke Jakarta ??.”. Jakarta??”, Rangga mengajak mantap kepadaku. Boleh deh, gak jauh kalo mau balik ke Bogor. Sekalian.
“Boleh !!!!.”. Jawabku dengan nada tingi. Setengah Oktaf. Kayak apa coba ??.

Catatan : Aku orangnya polos banget. Jadi apa yang harus ku katakan ya.. katakan. Tanpa berfikir-berfikir lagi. Kebanyakan mikir, ketinggalan kereta....

Aku dan Rangga pergi ke ‘STASIUN Hall’ untuk memesan tiket. Karena Rangga tak membawa uang yang cukup. Dia meminjam uang dariku Rp. 200.000, semahal itukah, ke Jakarta???. Aku yang bodoh gak tahu harga tiket (makanya sekali-kali naek kereta. jangan kereta kuda mulu). Tanpa berprasangka buruk Akupun berusaha mempercayainya. KHUSNUDZON, kata pak kiai.

Karena jadwal perjalanan masih lama, di tiket tertera jelas dengan huruf bold jam 19.50-an. Rangga mengajak Aku pada suatu tempat.
Perasaanku kurang enak. Hambar. (kayak sayur saja). Atau kayak lagu : hambar-hambar pisang. Eh ralat entar di kritik. Ampar-ampar pisang.

Sebuah gang yang sempit banyak lelaki berjejeran rapi (tapi gak mirip baris-berbaris). Sumpek. Asap rokok mengepul dengan liarnya. Aku yang tidak biasa, terasa sesak. Rangga memboyong Aku ke rumah dua lantai. Disana Aku melihat sekitar ruangan dengan heran. Super heran. Kamar-kamar dengan balutan spanduk iklan obat kuat yang selalu Aku lihat di tv. Semakin heran dan semakin tidak enak.
Seorang bapak kira-kira 55 tahunan menghampiri kami.
“Berapa??”. Bapak itu melihat wajahku yang polos. Aku orang bodoh, balik melihatnya. Tapi, ‘sesuatu’ itu tak bisa berteriak. Aku mulai menyimpulkan bapak itu seorang Bos (baca : germo).
“Satu.”. Jawab Rangga pelan. Rangga melihat ke arahku, dan berbisik padaku. “Aku minjam duitmu Rp. 100.000, Entar di jakarta diganti.”. Songgom.
Aku *tanpa kata, Aku mengambil di dompet*. Ya Allah...Kenapa Aku ini?.
Kini seorang bapak di temani seorang wanita, bajunya minim. Wajahnya dibalut dengan make-up tebal. Dia masuk ke kamar. Dan Rangga-pun mengikutinya. Aku masih melihat dengan bodohnya. Kenapa Aku berada di tempat ini??. Ya Rabb, maafkanlah hamba-Mu.

Aku menunggu Rangga. Menunggu sebuah kemaksiatan. Dan Aku tak bisa berkutik. ‘Sesuatu’ itu kuat di sanubariku. Entahlah...

30 menit berlalu....
Rangga keluar dengan rambut acak-acakan. Aku yang masih tidak sadar melihat dengan penuh tanya. Rangga mengajakku pergi, di luar semua mata tertuju padaku. Aku yang malu, menunduk dengan sedih. Kulihat dengan mata tajam sebuah papan nama, Jl. ***** Bandung. (Di samarkan, entar Aku di investigasi.) REPOT...
↺↺↺
Di dalam sebuah kereta.....
Perjalanan Bandung-Jakarta lama sekali. Aku tertidur. Bangun. Belum sampe. Tidur. Bangun lagi. Belum sampe. Akhirnya kami nyampe. Yes....
Aku dan Rangga begegas turun dan melihat sebuah papan nama “ STASIUN TUGU-YOGYAKARTA. Sekali lagi. ”STASIUN TUGU-YOGYAKARTA. Aku keheranan. Rangga-pun dengan tidak merasa bersalah, berkata.” Aku mau menemui istriku dulu”. Aku.*DIAM*, MEM**** Buta (termasuk binatang najis mugholadoh, jadi di cut saja). Di ganti menjadi Memkambing buta. Tapi gak lumrah....MAKSA.

Hari masih pagi, Jam 04.15 WIB. Rangga menyuruh Aku untuk Shalat, sedang dia memdekati pedagang asongan. Membeli sebungkus rokok.. Karena Aku belum shalat isya. Akupun bergegas, takut waktu akan segera habis (baca : surat Alzalzalah. Aku takut menjadi bagiannya). Ya..Rabb. Maafkanlah hamba-Mu.
Pesan : Jangan mudah percaya sama orang yang belum di kenal, penjahat bukan dilihat dari wajahnya yang serem. Orang ganteng pun dapat melakoni pekerjaan ini. Waspadalah...Jangan membeli kucing di atas daun bantal. (Apa coba?).

YOGYAKARTA, 5 Juni 2007...
Terdampar di gudeg Yogya...

Berangan hanya dapat memadamkan api yang nyala seketika dengan air, lalu setelah itu muncul asap ketiadaan......

Jam : 06.30 WIB..
Di sebuah kedai kopi dekat stasiun Tugu yogyakarta.
Aku dan Rangga memesan kopi (Aku gak nafsu minum), Rangga memesan mie rebus untukku (tapi kalo makan nafsu, karena dari kemarin Aku belum makan. LAPER. SUMSAH). Sedangkan dia asyik menyeruput kopi hangatnya.
Apa yang ditunggunya ??....Mataku berbicara (emang mulut dah pengsiun?). Karena mulut lagi sibuk mengunyah mie. Gantian bentar kok, Mat (panggilan akrab mata).
2 jam kemudian..
Seorang wanita datang menghampiri Rangga. Dia sungkem dan menyiumnya.
Rangga mengenalkan wanita itu padaku. Kamipun bersalaman. Rupanya wanita itu istri Rangga. Namanya Alin.
Mereka bercakap-cakap. Aku yang asyik dengan duniaku tak menghiraukan apa yang mereka bincangkan. Tak peduli. Aku masih memikirkan kenapa Aku ada disini sekarang. Sekali lagi ‘sesuatu’ itu masih menyelimuti kalbuku.

Hari sudah siang. Aku, Rangga dan Alin berjalan ke sebuah gang sempit. Melewati gang-gang aktivitas penduduk. Aku yang masih merasa heran (kependekan dari heran sipasi), apa yang mereka lakukan?. Aku tidak bisa berontak. Aku yang sudah terbiasa menderita, sekarang tak berdaya. Kekuatanku merasa hilang, entah kemana.
Akhirnya kami sampai...
Masuk ke sebuah losmen. Rangga menghampiriku, untuk ke sekian kalinya meminjam uang padaku sekarang Rp. 100.000. (makanya kalo ingin ketemu istri itu pake modal, jangan minjem mulu). Setelah memesan kamar, mereka berdua masuk. Sedang Aku disuruh menunggu di ruang tamu dekat receptionist. Kasian deh Aku...

Aku yang mencoba menghibur diri, Aku keluar dari ruang tamu. Losmen yang dipesan Rangga tidak jauh dari Jl. Malboro. Aku dengan bodohnya, jalan-jalan kayak turis. Padahal posisi Aku sekarang lagi sulit. Satu hal, Aku tidak kepikiran untuk menelpon teman-temanku di Bogor. Aku gak tahu ‘sesuatu’ itu begitu hebatnya atau Aku yang memang bodoh. Setelah puas, Aku makan yang namanya gudeg Yogya. Yummy....
Dalam dompetku, uang masih tersisa Rp. 100.000. Aku makan dengan lahap. Enak juga.
Setealah puas dengan jalan-jalanku. Aku bergegas kembali ke losmen. Aku takut Rangga mencariku.

Firasatku benar. Rangga dengan istrinya sedang menungguku. Tampak begitu panik. Kenapa sepanik itu ??. Matanya melotot sebelah. Kelilipan ya, bu??

Malam telah tiba...
Rangga menyuruh Aku untuk istirahat. Sedangkan Alin pergi dari losmen, dan membawa hp-ku (karena battert-nya low bat). Tak apalah. Tanpa ada rasa panik dan curiga sedikitpun. Aku kasih pada Alin. BODOH-nya Aku. Pikirannya pendek mulu.

Yogyakarta, 6 Juni 2007...
Stasiun Vs Dukun...

Walaupun orang lain telah mematahkan hidupku. Aku harus berusaha kembali meraihnya, meraih sebuah kehidupan walau harus merangkak....

Jam : 12.35 WIB

Aku dan Rangga telah rapi (satu hal, Aku gak bawa baju ganti. Bajunya itu-itu saja).
Di luar Alin tak mau kalah dengan kami. Dia lebih rapi.
Rangga dan Alin mengajak Aku ke stasiun Tugu lagi. Aku tak tahu agenda apa yang mereka lakukan.
Seperti kebiasaan orang Yogya, dimana ada kedai disitu ada teh manis. Aku yang tak terbiasa, dipaksa pesan oleh Rangga untuk menutupi kecurigaannya. Mungkin ??.
↺↺↺
(Pertama kali Aku pergi ke dukun).....
Kejadian yang memilukkan adalah, ketika itu kira-kira jam 20.30 WIB, di stasiun Tugu. Rangga dan Alin (sekarang membawa anak kisaran 2 tahunan). Mungil, lucu. Agresip. Tapi gak loncat-loncat. Kan masih 2 tahun.

Aku tak tahu (tidak tahu terus, jadi yang tahu apa. Tenang....baca dulu ceritanya), apa yang mereka debatkan. Sampai-sampai Alin kesurupan. Bener matanya melotot. Semua orang bergumul. Yang kami khawatirkan (Aku juga khawatir), anak mereka digendong Alin. PANIK. Anak dipangkuannya menangis. Sedang Alin melototi semua orang yang berusaha untuk membantunya. Aku yang komat-kamit (baca : membaca ayat kursi). Berusaha agar Alin tersadar.

Aku dan Rangga bersatu meraih tangan Alin dengan paksa, kami mengambil anak yang digendongnya. Akupun didorong sampai terjungkal. Lumayan sakit juga....
Satu kali lagi. BERHASIL. Tapi, Alin menjerit. “Kembalikan anakku” Teriaknya sambil melototi kami.

Lima menit kemudian Alin pingsan (baca : pingsan mambo). Setelah berteriak-teriak gak karuan....
Atas saran salah satu penonton, Alin dibawa ke dukun. DUKUN ???.
Ranggapun memboyong istrinya naik ojek. Sedangkan Aku dengan anaknya menyusul di belakang.
Sesampai di tempat dukun Aku masih heran. OH....Jadi ini tempat praktek dukun. ANGKER. Aku merasa bulu punduk berdiri. Lampu remang (tapi gak romantis lho), dengan penuh gambar horor dan pelengkap lainnya. Keris, menyan, air (warnanya hitam), batu, kain mirip rambut (yang suka lihat serial The Legend Of condour Heroes, mirip senjatanya Lie Mou Cho). Aku sesak. Asap mengepul dari sang dukun. mulutnya komat-kamit sambil merem. Sedangkan Alin masih berontak meronta-ronta “Anakmu mana??”. Teriaknya. Ih makin tambah horor, ngeri.

NB : maaf ya, Aku gak percaya yang namanya dukun. Jangan marah kepada yang mempercayainya. Up 2 U lah. (yang muslim baca : surat al-kafiruun).

Yogyakarta, 7 Juni 2007 (767)...
Antara kostan dan rumah mertua...

Angka keramat. Tips kalo kepala kamu ingin wangi, keramat tiap hari. Dijamin wangi...itu-mah keramas, pak...!!!

Di rumah dukun yang angker. Mirip bunga angker. Anggrek !!!!! Biasa saja bu....
Rangga, Alin (sekarang sudah baik, syetan telah pergi gak tahu kemana. Jalan-jalan kali ke mall) dan Aku tidur di rumah sang dukun. Sedangkan anaknya, masih terlelap di dekat ibu dukun. Istrinya pak dukun.

Alin nampak lemas. Sesekali melihat ke sekitar. Melihat anaknya. Tertunduk. Lunglai..

Siang ini Rangga, Alin dan anaknya serta Aku akan mencari kostan. Kostan??. Jadi kapan mau ke Jakarta???.

Kami sampe di perempatan jalan. Dan mencari tempat kostan. Aku tak tahu dimana, yang Aku ingat adalah kostan kami tidak jauh dari kantor post perempatan lurus dari jalan Malboro. Gak tahu untuk keberapa kalinya, Rangga meminta uang terakhirku Rp. 80000 untuk membayar kost. Sisanya Alin menambahkan Rp. 70000.
Uangku habis. Sekali lagi. HABIS....Tak berbisa. Ular... kali berbisa.

Ternyata kostan itu di gunakan untuk Rangga saja. Jadi Aku???. Break dulu.....
*SOUNTRACK TERUSKANLAH-AGNEZ MONICA*
Pernahkan kau bicara, tapi tak di dengar...
Tak dianggap sama sekali...
Pernahkah kau tak salah, tapi disalahkan...
Tak diberi kesempatan...
(terusin sendiri, pokoke sedih banget. persis kayak kisahku ini)

Aku disuruh ikut dengan Alin ke rumah orang tuanya. Kenapa Rangga yang notabene (gaya lo, kayak udah kuliah) menantunya gak tinggal sama mertuanya??. Jarak kostan dengan rumah Alin sangat jauh kira-kira 15 menit-an jalan kaki. Lumayan pegel.
↺↺↺
Sekitar jam 20.05 WIB
Aku sampai di rumah orang tua Alin. Hanya satu ruangan yang sangat kecil, yang jauh dari kelayakkan. Dihuni oleh ayah dan ibu Alin. Ditambah Alin dan anaknya. Sekarang Aku, menjadi bagian penghuninya.
Skenariopun berjalan (yang buat skenario ini bukan Aku)...
“Aku disuruh mengaku kepada orang tua Alin, sebagai turis yang kehabisan ongkos. Dan Alin bertemu Aku, maka sebagai wonder woman Alin dengan gagah menolong Aku (skenario Alin)”. Nista. Aku tak sadar masuk dalam perangkap. Aku masih tetap belum menyadari. Terjerat.

Tak kenal maka tak sayang. Tak sayang makanya ta’aruf....

Alin pun memperkenalkan Aku. Dia yang membuat skenario itu. Dan Aku tanpa diberitahu sebelumnya. Aku kaget. Tak menyangka. PICIK.
Ayah Alin tampak sinis padaku. Sedangkan ibunya sangat simpati padaku.
Akupun masuk dalam ruangan sempit. Kamar yang menyatu dengan wc dan dapur. Mirip mengungsi. Lapindo....

Setelah perkenalan itu, Alin pergi tak tahu kemana. Setelah menyuruh Aku pake baju ganti (baju ayahnya, tapi ayahnya masih menyimpan sinisme-nya padaku). Sedangkan ibunya dengan ramah mempersilahkan Aku untuk istirahat. Setelah itu ibu pergi untuk bekerja sebagai pelayan lesehan, tak jauh dari rumah.
↺↺↺
Kini tinggal Aku dan ayah Alin serta cucunya....

Buah yang manis belum tentu rasanya manis........
Aku diintrogasi habis-habisan. Aku menyesuaikan skenario, dengan skenario Alin. Agar tidak terjadi apa-apa.
Terjadi sebuah percakapan yang sangat misterius....
Ayah Alin.”Bener apa yang dikatakan Alin ?”. Bapak setengah percaya.
Aku *Mengangguk*. Maaf pak Aku harus berbohong.
Ayah Alin.*Matanya menguliti, dari rambut sampai kakiku dilihatnya dengan ketelitian.* Bagaimanapun juga, tampang Aku tak cocok jadi penipu. TEPUK TANGAN..Riuh...
Ayah Alin sedang berusaha mempercayaiku. Setelah itu dia asyik memainkan cucunya. menggendong dan menidurkannya. Setelah anak itu tidur. Ia pergi...

2 jam kemudian...
Aku terbangun, suara pintu dibuka dengan pelan. Di balik pintu wajah ibu dengan tersenyum renyah padaku, di belakangnya ayah dengan muka masamnya.
“Belum tidur?.”. Ibu nampak perhatiannya padaku.
Aku *menggeleng*. Aku dipersilahkan makan. Memang hari ini aku belum makan apa-apa. Uangku habis. Tega nian kau Rangga padaku. Ibu membawa sebungkus nasi.
Aku, bapak dan ibu makan nasi dengan 3 tempe, 3 tahu dan lalapan + sambel.
Setelah itu kami tidur bersama.

Pesan : Bagaimanapun alasannya, bohong itu tetap dosa. Tapi ada satu bohong yang diperbolehkan. Yaitu saat menyembunyikan istri kedua (takut terjadi perselisihan dengan istri pertama)..kata dosenku yang ngajar Hadits Ahkam. Setuju gak?. yang gak setuju boleh acung tangan.

Yogyakarta, 19 Juni 2007....
Aduh puyeng, Bo...

Dengarkanlah setiap perkataan orang lain dengan mata hati. Bukan dengan garukkan kepala ketika tidak gatal......

Aku sutrisno. Alias STRESSSSS.

Aku dibangunkan jam 05.27 WIB
HHHHEEEHHHHH.... Kesiangan. Akupun bergegas mengambil air wudlu. Shalat dhuha eh subuh.....Alin sudah ada di hadapanku. Aku tak mendengar dia pulang. Mungkin karena tidurku pulas. Aku yang hobi tidur.
Alin sudah siap untuk pergi kerja. Dia bekerja di salon.
Setelah sholat Alin mau mengajak Aku untuk menemui suaminya. Aku pun dengan cepat mandi dan siap-siap.
↺↺↺
Di sebuah kosan Rangga...
Setelah Alin mengantarkanku ke Rangga dia pergi kerja....
Aku dan Rangga beberapa saat terdiam...
“Gimana disana. Aman.??’. Maksudmu ??. Aman gimana. Dasar dodol garut.
Aku.” Aman.”. Padahal, Aku gak tahu yang dimaksud aman disini apa?.
Rangga membeberkan rancananya dengan utuh. Kedatangannya ke Yogya adalah untuk memboyong istri dan anaknya ke Bandung. Tapi, dia melibatkan orang ketiga, keempat, kelima DE ES BE. Dan orang itu adalah IT’S ME. Gilang Supriadi. Bodoh.
Intinya sari dari percakapan itu adalah :
Aku harus mengambil surat-surat nikah dan anaknya dengan tanpa seijin mertuanya. Alias mengendap-ngendap kayak pencuri. Pernah beberapa kali dia mengajak istrinya ke Bandung, tapi istrinya lebih mencintai kota kelahirannya. YOGYAKARTA.
Jadi dengan rencana super busuk ini, Aku dilibatkan. Kenapa mesti Aku yang lugu ini sih?. Itulah sasarannya. Sebenarnya rencana ini tidak tiketahui Alin. Dasar Penjahat makan Penjahat. Kalian akan rugi dua-duanya.

Pesan : Jika hatimu sedang berbicara, dengarkanlah. Karena hati adalah rasa. Rasa sebuah kebenaran.PERCAYA deh....

Yogyakarta, 20 Juni 2007...
Jujurlah padaku...

Tarik...Buang...Tarik...Buang....

Bagaimanapun tertutup rapi sebuah bangkai. Lama-lama akan tercium juga.....Bau. tutup idung. Pake sapu tangan.
Aku masih tertunduk lesu. Apakah Aku menuruti skenario Rangga. Atau Aku harus menyelatkan rumah tangga ini ????.

Malam ini semakin dingin. Hujan rintik mengiringi lamunanku. Kedip demi kedip mataku, Aku habiskan untuk memutuskan sebuah keputusanku yang berat.
Di sampingku anak kecil yang tidak tahu apa-apa. Mataku melihat dengan kosong.

Ibu sedang kerja dan bapak sedang pergi keluar.
Tanganku mulai meraba-raba sebuah laci. Aku membaca tiap lembar dengan teliti. Ada sebuah KTP. Kaget !!!!!. Ternyata Rangga nama aslinya B******. Sudah mulai gak bener. Akupun mengurungkan niatku. Padahal surat pernikahan telah ada bersama dengan KTP.

Jam 23.00 WIB. Aku belum tertidup, bapak dan ibu belum pulang.
30 menit kemudian...
Ibu dan bapak sudah pulang. Ibu yang seperti biasa, membawa nasi membuka bungkusannya. Kami makam bersama. Satu hal, kami hanya dapat makan sekali. Siang kadang-kadang makan nasi doang ditambah dengan taburan bawang goreng. Miris. Seandainya mereka mau aku boyong ke Bogor. Dan kejadian ini tak pernah terjadi. Mungkin Aku bisa mengatakan yang sejujurnya. Mungkin Aku bisa membantu dengan uang yang diberikan Ibu kandungku. Menyesal Aku tidak membawa ATM.

Menghela napas panjang, lebar dan tinggi...
Aku mulai mengungkapkan kejadian yang sesungguhnya.
Aku.” pak, bu, maafkan Gilang.”Aku berharap mereka dapat memaafkanku. Jika tidak Aku takut dengan siksaan Allah. ASTAGHFIRULLAH...
Ibu.” kenapa ?.” Ibu sangat heran. Aku yang selama ini baik. Jadi.....
Aku.”Ibu mau menganggap Aku anak?”. Aku berusaha mencairkan rasa heran mereka.
Ibu.”Mau. Kamu lanang Ibu.”. kebetulam Ibu dan bapak tidak mempunyai anak lelaki. Ah..makasih ya..bu, pak.
Aku.” Sebenarnya Aku kesini bukan mau liburan dan kehabisan ongkos. Seperti, apa yang dikatakan Alin. Tapi, menantu ibu menyuruh Aku untuk mengambil anaknya. Dan membawanya ke Bandung.”. Aku memejamkan mata sejenak. Siap, menangkis sebuah pukulan. Jika mereka menghujamkan ke mukaku.
Ibu.”Dasar. B****** (menyebut nama sebenarnya, bukan Rangga). Ibu dan bapak tidak lagi anggap dia sebagai menantu. Dia telah mencapakan istri dan anaknya, tidak menafkahi selama lahir sampai sekarang.” Ibu nampak berapai-api yang siap membakar menantunya.
Aku.”Maaf. Bu, Aku salah. terserah ibu mau ngapain. Aku siap diusir.”. Aku masih menunduk. Bapak tidak berbicara.
Takjub. Ibu yang Aku kira mau menghakimi, malah mengelus-elus lembut rambutku.
“gak pa-pa. Yang penting kamu telah memceritakan yang sebenarnya.”.
Malam ini Alin tidak pulang. Entah dimana, pikirku dia bersama suaminya.

Pesan : Mengaku kesalahan, itu sifat ksatria. Dan sifat ksatria adalah tidak melakukan kesalahan yang sama. Dan Aku adalah Ksatria Baja Hitam. Film favoritku dulu...Dengan kekuatan bulan akan menghukumu. (Beda dodol garut).

Yogyakarta, 21 Juni 2007...
The ‘malapetaka’ is starting...

Tanggapun jatuh kembali menimpaku...
(Jatuh ketimpa tangga pula)....
Geliat pagi kembali terasa. Namun, langit mendung menutupi sinar mentari..

Aku sedang asyik bermain dengan dede anak Alin. Terdengar suara Alin berbincang dengan bapak.
Alin.”B******t (aku cut saja soalnya gak layak dikonsumsi) si Gilang.”. Aku melihat Alin dari balik pintu. Mengintip. Alin yang nampak buru-buru, entah mau kemana. Akupun menghampiri bapak dan berkata.
Aku.”bapak kenapa di bilangin sama Alin. Kan semalam Aku bilang jangan kasih tahu Alin. bapak bohong.”. Aku benar marah. Rupanya kejujuran membuat masalah baru muncul.
Bapak.”Tidak tahu terima kasih. Sudah numpang. Nyuri pula” Bapak nampak beringas.
Aku.”Maksud bapak apa?. Aku mau pulang pak. Semua barangku diambil sama menantu bapak. Dan hp-ku sama Alin sampai sekarang belum dikembaliin.”. Aku menimpali.
Bapak. “Dasar pencuri.”. Bapak menuduhku menuri, padahal baju bapak diambil Alin untuk suaminya. Ah..Bapak kau tidak tahu masalahnya secara utuh.
Bapak *Dengan sigap mengepalkan kepalan. Siap memukul Aku*. Sedangkan tetangga yang lewat berusaha menenangkan bapak.
Aku hanya bisa pasrah...
“Ada apa pak.?”. Suara seorang tetangga yang berusaha menolong bertanya pada bapak.”Ni. Anak yang tidak tahu terima kasih.” Bapak masih kukuh dengan pendiriannya. Bapak memutar badannya berusaha melepaskan tangan tetangga itu. BLAK !!! BUG !!!.
“Sudah pak !!!. “ . Setelah menampar dan memukulku dengan puas bapak pergi. Tetangga itu menanyakan kepadaku :
Tetangga itu,”kamu siapa.” Tampak simpati kepadaku.
Aku.” Gilang.” Jawabku singkat. Menahan rasa sakit.
Tetangga itu.” Kamu saudara bapak ??.”
Aku.”Bukan.”. Geleng-geleng. Dua kali.
Ibu datang dengan napas ngos-ngosan setengah berlari. Menanyakan apa yang terjadi, setelah itu tetangga yang berusaha memisahkan pergi.
Ibu.” Ada apa ??”. Ibu dengan napas masih ngos-ngosan.
Aku.”Bapak menceritakan semuanya pada Alin. Alin marah padaku. Terus bapak memukulku.” Aku sedikit curhat dan meminta perlindungan pada Ibu. Bapak merupakan anggota ISTI (ikatan suami takut istri).
Ibu.” kamu gak pa-pa?.”. Terdengar suara tangis dede di dalam.
Aku.” Gak. Bu Aku akan pulang sekarang. Aku takut sama Alin dan Rangga”. Suara tangis dede tak dihiraukan.
Ibu.”Gimana yah. Ibu gak punya uang.”. Ibu memang kerja setiap ba’da isya sampai tengah malam. Ibu diberi upah hanga Rp.10.000/malam. Dan itu digunakan untuk sehari-hari. Sedang bapak setiap hari hanya mengasuh dede.
Aku.”Gak pa-pa.”. Akupun bersiap-siap pake sepatu kest dan jaket. Barang yang paling berharga saat ini.
Ibu. Dengan wajah panik. Memanggil orang yang lewat. Ibu minjam uang.
Ibu.” Bu. pinjem duit dulu.”. Setengah memaksa.
Orang itu.” Ada Rp. 2000, saja.”. Orang itu nampak keheranan.
Ibu.”makasih”.
Ibu memberikan uang Rp. 2000, itu padaku. Akupun mencium tangannya. Aku berpamitan. PERGI.....

Suatu malam di stasiun ‘TUGU’ Yogyakarta......
Laper. Laper. Laper. Perut keroncongan..Ya Allah maafkan Aku telah mendzolimu jasmaniku.....
Sudah beberapa hari ini Aku tidak ganti baju. BAU. Aku gak tahu saat beribadah ini dalam keadaan suci apa gak....Ya Allah ampunillah dosaku.

Yogyakarta, 22 Juni 2007...
Antara Yogyakarta dan Jakarta...

Malam tadi, Aku tidur di stasiun. Banyak pula orang yang tidur disana...
Hari ini Aku mau ke pasar, yang dekat kostan Rangga. Aku sangat berhati-hati takut bertemu dengan Alin dan Rangga...

Aku mau menjual sepatu kets dan jaket jeans. Padahal, jaket ini milik Miko. Bagaimana keadaan mereka sekarang?. Yang pasti mereka lebih beruntung dariku. Aku terdampar di Yogyakarta. HHHHHHUUUUUHHHHHH.....

30 Menit Kemudian Aku sampe di pasar (lebih pastinya Aku lupa)...

Lantai 1 lewat. Lantai 2 lewat. Lantai 3, Akhirnya Aku menemukan penjual loak. Terjadi tawar menawar antara Aku dan tukang loak.
Huh.... bajuku dihargai Rp. 35.000 dan sepatuku dihargai Rp 15.0000, sudah rusak katanya. Setelah laku Aku menunaikan kewajibanku untuk menafkahi jasmani. MAKAN. Dan tak lupa membeli sendal jepit, pengganti sepatu ketsku. Am.....Yummy...Yang jelas super laper banget (saking lapernya). Aku lupa gimana rasa makanan yang Aku makan. Yang penting perut terganjal. Kkriuk...kriukkk....Kayak ayam jago saja.


I am go home.....
Sisa uangku tinggal Rp. 40.000. Cukup gak yah ke Bogor.
Gak cukup beli karcis sodara-sodara......
Aku duduk termenung. Seorang masinis melihatku.
Bapak Masinis.”Mau kemana?”.
Aku.”Jakarta. Tapi Aku gak punya ongkos cukup.”. Akhirnya masinis membawa Aku dian menyuruh duduk di depannya. HHHEEEHHHH.
Ya..Aku duduk jongkok di samping masinis.
Eh ternyata DO..DO...E.... Bukan Aku saja yang ada di gerbong masinis. Masih ada penumpang liar disana. Heh, sama gak punya duit ya, pak..


Kira-kira satu jam perjalanan. Aku ditagih uang rokok (baca : karcis ilegal). Akupun memberinya Rp. 10.000, ”Kurang.”. Masinis masih menadahkan tangan (kayak peminta-minta), Aku menyodorkan uang Rp. 10.000 lagi. NO COMMET. So...Uangku tinggal Rp. 20.000. Menghela napas pendek..Soalnya dah laper lagi.

Musibahpun kembali lagi. Di sebuah stasiun, Ada rajia. Aku yang di suruh keluar sementara dan ngumpet di gerbong. Untung saja suaca lagi bersahabat. Hujan agak deras. LOLOS.....
Tapi, sang masinis diganti sodara-sodara...
Maka, uang roko-pun kembali diminta. Yo.Wisss.....Rp. 10.000. CEKUKKKKK...

Alhamdulillah Aku nyampe di Stasiun Gambir. Tanpa menunggu hari esok. Apalagi bulan depan. Aku langsung cabut. AUUUUUUUU....Srigala kegirangan..

Bogor, 23 Juni 2007...
Hipnotesia....

Dorongan yang paling kuat yang Aku rasakan, Adalah dorongan ketika mentari mulai untuk bersinar lagi....Karena disitu ada sebuah harapan...

Setelah sampai di kostannya Miko. Tahu gak apa yang dilakukan Miko??. Dia merangkul dengan hangatnya He....Karena deket kompor.
Jangan berfikir yang nggak-nggak. Pokoknya so....sweeeeeeeeet banget pake air mata lagi. Gak tahu air mata buaya atau putri duyung. Yang pasti Aku terharu banget punya sohib kayak dia.
Miko mengatakan Aku terkena hipnotis. HIPNOTIS?
Aku gak mau menceritakan dulu. Menghabiskan energi sia-sia (lho kok?). Kalo sekarang diceritain, terus cuma ada Miko, beres. Tapi setelah itu Bima, Giang, Sri dan Chris pasti ingin mendengar yang orisinilnya dari Aku. Makanya langsung saja entar malam sekalian. Cukup satu energi yang ke buang. One for All.
Sekarang Aku mau bersih-bersih dari kotoran dan marabahaya...(yang terakhir gak masuk). Karena Aku merasa kulit ini lengkeeeeeeeeeeeet banget. Jadi saingan sama lem sepatu. (Jangan sebutin merk).

Setelah Jam kira-kira jam 22.00
Aku, Miko, Bima, Giant, Sri dan Chris duduk manis. Siap mendengarkan jumpa pers sang artis idola. NORAK
Semua telah disiapkan dengan lengkap. Air keruh (baca : teh kotak), nasi goreng, krupuk dan gorengan.
Ini, karena Aku yang tidak makan enak selama liburan (baca : terdampar) di Yogya, maka dengan senang hati mereka membelikannya untukku. Disamping mereka juga beli masing-masing. Bilang saja kalian mau makan malam..

Tiga...Dua...Satu...BOOM.....................
Aku mulai mengaba-aba. Takut terkejut duluan. Apalagi Sri. Udah sibuk sendiri. Panik.
Well, satu catataku adalah Aku mersa langsing. Tubuhku berkurang beberapa kilo. Kalo dilihat jarak jauh beda tipis ma tiang listrik.

Aku mengawalinya, semua khidmat.
Tak ada suara kecuali Aku.
Tak ada comment
Kecuali suaraku.
Suara ku diiringi butiran-butiran lembut dari mereka. Menangis. Hik...Hik...
Akupun tak kuasa menahan air mata itu. Malah Aku yang semakin keras.
Seolah tak mau kalah Chris lebih keras, lagi,lagi dan lagi.
So. Kini mereka merasa lega. Tuhan masih menyayangiku. Sohibnya kini ada di tengah-tengah mereka.
Aku menyudahi pengalaman liburanku (terdampar yang paling tepatnya). Walaupun Giant ngotot ingin memperkarakan secara hukum.
Yang terbayang di pikiranku adalah anak Alin dan Rangga. Jika diperpanjang masalahnya dan salah satu dari orangtuanya dipenjara. Anak itu akan menjadi ‘yatim’. Ah.....sudahlah biarlah Aku menyimpan petualangan ini di dalam diary. Biarlah Aku mengubur dalam-dalam.
ALLAH MAHA ADIL. Biarlah Tuhan yang menegur mereka.
Kita akhiri jumpa pers ini dengan syukuran. Bersyukur kepada Yang Maha Kuasa. Aku diberikan kesempatan untuk memperbaiki diri.
Saatnya makan-makan. Hm’ yummy....

Bogor, Agustus 2007...
My idea...

Disini ada cinta, cerita indah dan bermakna....

Hari ini adalah hari pertama Aku kuliah. Huh..berbagai etnis ada disini.
Orang jawa, Sunda, Papua, Makassar, Padang, Aceh, Medan, Maluku DE EL EL. Yang gak kesebut jangan marah. Aku bukan penganut rasis kok.

Huh...
Dua tahun ‘istirahat’ dari belajar. Rasanya kaku. Aku harus getol mengejar ketinggalanku.
Mencari ilmu memang gak ada kata terlambat. Yang terlambat adalah orang yang tidak mencoba sama sekali.

Oia...
Aku mengambil Kependidikan Islam (PEI). Why? Karena Aku menyukai bidang mengajar. Dunia belajar selain mendapat kepuasaan lahir, juga batin. Kita juga mendapat Reward. Lok kok???. Ssssssttttttt.
So...Mari menjadi GURU.

Cita-cita ini berawal waktu masih mengenyam SD.
Awalnya Aku ingin menjadi menteri agama, yang waktu itu Bpk. Tarmizi Taher. Aku nge-fans banget sama beliau. Kagum banget. Poster kabinet pembangunan di dinding sekolah Aku gunting gambarnya. Terus Aku bawa kemana-mana. Mengapa? Karena Aku ingin selalu ingat dan gambar ini menjadi motivasi Aku untuk mengejar sebuah cita-cita.
Belajar tentang agama, menjadi prioritas utama, karena Aku tahu menjadi menteri agama harus pakar tentang agama. Khususnya ISLAM. Alhamdulilah nilai agamaku tidak kurang dari 9, meskipun sebuah angka bukan patokan. Bersyukur pula Aku selalu menjadi juara umum berturut turut (tapi gak pernah dapat hadiah lo?). Bukan sombong ya?. Kan DOSA....

Pindah ke lain hati....
Waktu SMP, merupakan guncangan mental bagiku. Kenapa lagi?. Pelajaran-pelajaran terasa asing. Bukan berarti bule ya??. He....
Perlajaran SD yang harusnya di ajarkan sekolah SD dulu tidak secara kaffah. Alias banyak yang belum disampaikan.
Otomatis Aku harus mengejar ketinggalan itu, sehingga bisa berjalan secara beriringan.
Dari sini muncul niat jahatku eh niat baikku untuk menjadi guru SD. Karena sekolah dasar (SD) ini menjadi patokan atau pondasi mental siswa. Jika dasarnya kuat, insyaAllah kesana pun akan kuat. Shalat adalah tiang agama..Kalo dikaitkan sama pengertiannya dengan ini. Jika kita tidak sholat berarti menghancurkan agama sendiri. Dan mendirikan shalat sama dengan mendirikan agamanya sendiri (Ce...illeh). Maaf bukan menggurui, tapi saling ingatkan lah...
Bagaimana pak hubungannya dengan SD?.
Kalo SD saya artikan gini. Jika mental anak SD sudah kuat tahan banting (kayak perabotan aja), otomatis ke depan juga sudah siap dengan resikonya. Sehingga bisa dengan sigap menghadang setiap permasalahan. Setuju gak?. Yang gak setuju juga gak pa-pa. Beda adalah anugrah. Kalo sama dapat hadiah...





Bogor, September 2007...
Jatuh Cinta Lagi (JCL)...

Jatuh cinta lagi...
Gak tahu ini jatuh keberapa kalinya, yang pasti jatuh untuk bangun lagi...
Setiap orang pernah jatuh cinta...lagi...Yo...i
Jawaban orang yang jatuh cinta adalah senang. Lho kok senang?, karena kalo sedih bukan jatuh cinta. Tapi kiriman belom dateng. Setuju ???. Huakakkkkaaaaakkkkkk.....
Orang Garut bilang CINTA ITU :
Cerita
Indah
Namun
Tiada
Arti....
Ah...bagiku cinta adalah letupan-letupan yang berbuih dalam hati. Namun tidak meledak. Mengapa?. karena cinta tidak bisa diungkapkan lewat kata, dapi cinta dirasakan di lidah. Berarti cinta itu bisa asam, manis, pahit, pedas. (mirip rasa permen Apa coba?)
Asam : jika cinta kita bertepuk sebelah tangan. Gak bunyi. Aku cinta, dia nggak
Manis: jika cinta itu tepuk tangan. Bunyi. Artinya Aku cinta, dia cinta
Pahit : jika cinta itu gak ada tepukan. Aku cinta, dia udah ada yang punya
Pedas : jika cinta itu makan rujak. Aku cinta, dia menikah. HOT....
Apapun rasanya cinta. yang pasti kita akan kelabakan menjelaskan rasanya cinta. Tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata , cobalah observasi keci-kecilan :
carilah teman anda yang sedang jatuh cinta
tanyakan apa yang sedang dia rasakan
catet apa yang diungkapkan
buatlah kesimpulan
Dijamin anda tidak aka menemukan sebuah jawaban yang objektif. Karena Aku pernah menanyakan, kotoran ayam (baca : tai kotok) bagaikan coklat manis, seorang guru yang marah laksana untaian cinta sang kekasih atau kemana akan kau bawa cinta ini? dia akan jawab biarlah waktu yang menjawab. Masih banyak segepok jawaban yang irasional. Agak Esremnya berhalunisasi.

Pernah dengar love is blind.........
Bayangkan?? kekasihnya dipaksakan mirip dengan Dian Sastro, padahal jauh banget. Dian Sasro aja gak ngaku-ngaku. Masa kita maksa dia agar ngaku mirip kekasih kita.
Atau wajahnya laksana bulan purnama. Jadi sebenarnya srigala, dong? (tebak)
Cinta adalah misteri. Cinta tak tahu kapan datang dan pergi, datang tak dijemput, pergi tak diantar (ini ngomongin cinta apa jelangkung sih?).
Saat jatuh cinta setiap orang menjadi pujangga dadakan.
Sejak dulu begitulah cinta tak berawal dan berakhir...

Bogor, 21 September 2007...
Sajadah Cinta...

Saat mata kuliah Pancasila. Rona wajahnya berbinar. Bibirnya merekah bagai bunga Rafflesia (sadis amat, mawar maksudnya). Bila mengalun kata, wajahnya jadi syahdu.
Oh....Muthia...

Begini ceritanya (kayak sinetron aja..)...
Beberapa hari kuliah, Aku merasakan letupan-letupan dan buih-buih cinta...
Walau kisah cintaku pada Dewana Aisyah tak sampai (kacian deh). Dan sekarang Dewana Aisyah jadi ibu tiriku...Ibu tiri tak sekejam ibu kota Jakarta. Tapi sekejam ibu kota Singapura. (pokoknya ibu tiri itu baik deh, mau coba?)
Ah... sudahlah...
Aku menemukan penggantinya...
Muthia...
Parasnya yang Ayu selalu membangkitkan semangatku untuk selalu kuliah.
Setelah di selidiki dan investigasi (kayak detektif 009 saja, ya. Heheh). Dia tinggal tak jatuh dari kostanku. Aku yang sedang di mabuk janda eh cinta. Selalu berusaha untuk menunggunya di balik tirai kostan (ih ngintip. ye...). Tubuhku terasa melayang dan langsung nyampe ke kampus. Gak lah tetap naik angkot. Dasar.
Pas waktu rabu siang Aku secara tak sengaja berbarengan. Wuihhhh. Gak kebayang senengnya gimana. Yang jelas Aku gak loncat-loncat. Entar dia lari...
Karena di angkot kosong, tak ada penumpang selain kita. Kita?? Elo aja kalleeeee....
Tentunya ada pak sopir yang mengemudikan angkot.
Saat itu Aku mencoba mencuri-curi pandang. Eh ketahuan malu, mau taruh dimana di muka. Yang jelas, gak bakalan di tarus di tas. Repooot...
Kami berbincang...
“Haloo....Muthia”. Aku mencoba untuk tidak kelihatan deg-degan. Habisnya jantungku kencang banget sampe ngalahin klakson angkot.
“Kamu tau namaku?”. Sapa sih, yang gak tahu kamu?. Kamu selebnya angkatan kita. Banyak fans-nya lagi.
“Iya. Aku Gilang.?”. Aku mengenalkan diri sambil menyodorkan tangan. Habisnya dia gak nanyain namaku. Ya udah inisiatif sendiri. Narcis, deh kayaknya. Gak Apalah.
Setelah berhasil berkenalan itu. Aku merasa berbunga-bunga (ros, melati, mawar, anggrek, dan bunga bangkai). Pokoknya campur aduk deh...

Senengnya lagi siang kita ada kuliah bareng (Aku jurusan manajemen pendidikan, dia ekonomi), mata kuliah IBD. Sekarang Aku berusaha masuk duluan. Padahal biasanya Aku agak telat dikit (kebiaasaan deh). Aku duduk paling depan, Tak lama kemudian dia nonghol dengan rambut yang dikuncir dua (kalo diilustasikan mirip sailormoon, hihih). Dia bergelombol dengan temen-temennya.
Pas bagian tanya jawab, Aku berusaha untuk ada pertanyaan biar dilihat dia...(ih, geer, banget sih? hihiyy).
Setelah bertanya, Aku sedikit bangga. Pasti dia merhatiin Aku. (Raja geer kali ye!!)
Setelah usai kuliah Aku berusaha mendekatinya. Banyak lo yang mematai-matai kita. Aku sih terserah, EGP. Yang penting Aku bisa deket ma Muthia.
Kabarpun terbawa angin. Semua angkatanku tahu kalo Aku naksir sama Muthia. Aku sih tambah seneng, Aku gak usah repot-repot mengumunkan di papan pengumuman atau mengadakan jumpa pers (kayak artis aja). Jadi gak ada lagi yang coba dekatin dia.

Jadi kangen terus...
Aku selalu nelpon sehari sampai 4-5 kali, berusaha ngalahin makan obat 3 kali sehari. hehe...Rencananya kita sore ini akan nonton bareng, AAC. Kabar ini berhembus kencang pada teman-teman se-jurusan Aku. Mereka pada ledek Aku. Tapi, yang diledek masa bodoh.
Aku menunggunya di gang, yang telah dirundingkan (kayak rapat saja)....
1 jam lewat...Aku telpon gak aktif.
2 jam gelisah (geli-geli basah)...Karena hujan.
3 jam pasrah...Aku pulang dengan perasaan agak kesel. 3 jam gitu loh. Udah berdiri, jongkok, nunging. Untung gak sampe ketiduran di gang.

Aku gak nerima dia tidak tepati janjinya. Harus jelasin di kampus...
Aku menungu di fakultasnya. Kata temennya dia pulang ke Bandung.
Hp-nya gak aktif lagi...
Perasaan gelisah...

Aku hanya...(jangan lanjutin). Huks...Huks...
Seminggu kemudian Muthia nelpon. Aku yang agak marah. Mencoba untuk meminta penjelasan.
“kemana selama ini, aku telpon gak aktif.?”. Aku berusaha untuk tidak marah. Karena Aku tidak bisa marah padanya. Aku sungguh mencintainya.
“Aku gak mau jadi pacarmu.”. DDDUUUUARRRR.
“Tapi, waktu itu kamu bilang sayang ma aku..”. Suaraku agak meninggi. Kira-kira 1 meter. Mirip kebanjiran.
“Iya. Tapi hanya sebatas temen aja. Gak lebih.”. DUUUUUAAARRR Lagi.
“Kenapa, sih yang.?”. Aku mencoba melunak.
“Aku sudah punya pacar di ITB. Aku gak mau nyakitin kamu. Aku suka sama dia. Dan aku tak mau ngeduain dia.”. Belegbeg (baca : blank). Gak bisa ngomong.
Aku* masih diam*.
Muthia.”Aku akan pindah kuliah ke Bandung. Lang, Aku sayang sama kamu. Kamu sahabat aku yang sangat istimewa”. Teng kiuww, tapi Aku mau lebih. Labih dari seroang teman.
Aku.” Ya udah. Selamat menempuh hidup baru aja.” Aku menutup telpon. Terdengar suara tangisan di balik telpon. Hiks...

Patah hati lagi...
Aku kira setelah Muthia mutusin, Aku bisa melupakan. Tapi tidak sodara...sodara... Aku jadi sering melamun. Sesekali Aku main ke tempat kafe temen-temenku bekerja hanya untuk refreshing. Di kafe tinggal Giant, Miko dan Chris. Sri dan Bima mereka pulang ke kampung halaman Sri di Jawa, katanya dia akan membina rumah tangga di kampungnya. Semoga menjadi keluarga sakinah, mawaddah wa rohmah. Amin...

Aku mencoba meluapkan ke-patah hati-an pada makanan. Mencoba sepuasnya. Setelah itu, Aku main ke kostan Miko yang deket kampusnya yang gede. Aku berlari-lari sambil teriak-teriak. Sepuasnya...SERAK-SERAK DECH.

Pada-Mu Aku bersimpuh...
Setelah insiden (gaya-nya ketinggian) itu. Aku akan mencoba melupakan. Aku mencoba meluapkan hati dengan membaca buku-buku tasawuf. Aku salut para sufi yang mencoba mengabdikan hidupnya hanya untuk Sang Pencipta.
Aku mencoba berusaha menemukan cinta sejati lagi. Aku harus mencintai seutuhnya. Tanpa ada jurang pemisah.
Selama ini Aku sering Melupakan-Nya.
Mencintai Allah??. Ya... Mencintai Allah gak ada kata patah hati.
Aku yang selalu menduakan-Nya membuat Dia cemburu padaku. Allah lebih pencemburu dibandingkan dengan manusia. Dia yang selalu melimpahkan kasih sayang-Nya padaku, cinta-Nya padaku, nikmat-Nya padaku. Sedangkan Aku yang selalu mengedepankan ego nafsu, hanya untuk mendapatkan kebahagiaan sesaat.
Maafkan Aku yan Rabb...
Aku akan belajar memahami-Mu. Siapa Kamu?. Dengan begitu Aku dapat mencintai-Mu seutuhnya. Mencintai dengan sepenuh hati.
Biarlah jodoh datang dengan bergulirnya waktu. Karena sesunguhnya Engkau telah menyiapkan pasangan yang terbaik untukku.
Hari-hariku kini disibukkan dengan belajar, belajar, belajar dan bercinta. Bercinta mesra dengan Sang Pencipta.

*SOUNTRACK PADAMU BERSUJUD-AFGHAN*
Ku menatap dalam angan...
Tiada yang bisa ku lihat...
Selain hanya nama-Mu...
Ya...Allah...
Esok ataukah nanti...
Ampuni semua salahku...
Lindungi aku dari segala hina....
DE ES TE....
Sinopsis....

Hidup bagaikan buku diary. Kita akan mengisinya dengan warna merah, hijau, kuning...

Aku hidup hanya dengan ayah...
Sedih. Di saat pertemuan terakhir dengan ayah, Aku tak dapat menyaksikan tubuhnya.
Setelah kematiannya, secarik kertas berwasiat dari ayah, agar Aku menemukan ibuku, mengenalkan calon istriku (ke makamnya) dan kuliah...
Perjalanan menempuh ke-tiga wasiat sangat panjang...
Sampai-sampai Aku harus menjadi waiter, dan bertemu dengan Power Ranger (yang selalu minta mentraktirku, dengan paksa.
“Dalam UU kafe ini, gaji pertama karyawan baru harus di pake mentraktir teman-temannya.”. Padahal, Aku berniat untuk ditabungin. Dan modal untuk mencari ibu.

Atau menjadi baby sitter di rumah ibu kandungku sendiri...
Hingga Aku harus melihat tubuh sekarat ibuku, dengan keadaan Aku yang buta.
“Aku akan mendonorkan mataku untuk anakku.”. Wuihhh. Aku tak dapat menahan linangan air mata. Dan lonceng kematianpun tak dapat dicegah.
Hidup adalah rangkaian cinta...
Cintapun menghinggapiku walau harus berakhir dengan sebuah pengakuan yang memilukan. “Kamu...Buta...”. Dewana Aisyah kaget. Ukh..Remuk sudah harapanku. Hingga Aku mengetahui dia mencintai ayah tiriku. Suami ibu kandungku.

Atau terdampar di Yogyakarata. Pergi ke dukun untuk pertama kalinya.
Sampai Aku harus menjual baju dan sepatuku untuk pulang ke Bogor dengan menaiki kereta di gerbong masinis.
“kamu di hipnotis.”. Miko keheranan.

Akhirnya perjalanan itu berakhir dengan cinta sejati. Cinta yang tidak akan pernah patah hati. Cinta kepada Sang Pencipta.